Daftar Isi:
  • Pemerintah Kota Malang memprogramkan akan membangun Islamic Centre di Kota Malang untuk memenuhi kebutuhan fasilitas warga Kota Malang, mendukung visi misi menciptakan kehidupan beermasyarakat yang agamis, dan toleran. Pihak Pemerintahan sendiri menghendaki perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan banyaknya isu global warming dimana Pembangunan sendiri mempunyai andil 10% terhadap kontribusi polusi di lingkungan, seperti penghasil polusi akibat aktivitas pembangunan, dan aktivitas penggunaan fasilitas, pemakaian sumberdaya yang digunakan. Terlebih lagi lokasi Pembangunan diletakkan di Kedungkandang yang masih banyak lahan hijau, sehingga potensi alam tersebut perlu dipertimbangkan keberadaannya agar tidak dihabiskan begitu saja karena pembangunan yang akhirnya menyebabkan ekologi alam terganggu. Arsitektur ekologis adalah arsitektur yang dalam pendekatannya sangat memperhatikan faktor alam dalam mendesain sehingga Arsitektur Ekologis dipilih untuk menyelesaikan tujuan Pemerintah Kota Malang dalam membangun Islamic Centre yang berwawasan lingkungan. Penyelesaian dari desain Islamic Centre Ekologis ini menggunakan permintaan dari Pemerintah mengenai fasilitas utama yang diinginkan sesuai kebutuhan Pemerintah. Studi literatur dan komparasi mengenai fasilitas-fasilitas ditambahkan, yang memang menjadi standar dari Islamic Centre, termasuk luasan dan kapasitas ruangan. Ekologis diartikan peminimalisiran kerusakan lingkungan alam akibat pembangunan. Pada intinya, Ekologis disini adalah mengenai penggunaan energi serendah mungkin. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengantisipasi 3 aspek, yakni aspek iklim, penggunaan material ekologis, dan pembuangan limbah yang bijaksana. Selain itu, juga diadakan survey pada lokasi tapak untuk lebih mengetahui kondisi eksisting terhadap pengambilan keputusan desain yang sesuaiperaturan setempat serta memanfaatkan potensi sekitar. Aspek iklim pada ekologis dipetakkan menjadi poin bentukan, orientasi, dan tata massa; bentukan dan material atap; bentukan, posisi serta dimensi bukaan; manajemen lahan dasar hijau (RTH), warna dan material dinding, material lantai dan plafon, jenis pengelolan limbah yang digunakan. Ulasan ini menggunakan penjabaran deskriptif dan bersifat kualitatif, dengan keputusan desain bersifat intuitif. Hasilnya ruangan yang digunakan secara makro adalah masjid, gedung pertemuan, perpustakaan, rumah imam, klinik, stand, sarana olahraga, tempat manasik haji, TK. Orientasi bangunan mayoritas membujur barat-timur untuk minimalisir radiasi matahari. Perencanaan bukaan mayoritas menghadap 90O ke arah datang angin dan menghadap utara-selatan, dengan dimensi memanfaat sudut bayang vertikal dan horisontal arah datang sinar matahari. Lanskap memaksimalkan dasar hijau 75% luas tapak masih tersedia. Bentukan atap mayoritas menggunakan atap miring dengan genteng tanah liat dan green roof, mayoritas warna cat dinding adalah putih untuk minimalisir penyerapan panas. Menggunakan material dengan jejak ekologis rendah. Menggunakan pengelolaan limbah rainwater harvesting, konsep biodigester, dan panel surya.