Integrasi Ruang Pamer dan Ruang Workshop Studio Perupa (Studi Kasus Blok B Pasar Seni Ancol)
Daftar Isi:
- Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan. Ciri khas daya tarik wisata pada suatu daerah merupakan modal dasar bagi industri pariwisata, tanpa adanya daya tarik wisata yang khas pada suatu daerah tertentu maka pariwisata akan sulit untuk dikembangkan. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, penunjang keberhasilan pariwisata adalah daya tarik wisata yang memiliki atraksi wisata. Tempat yang mewadahi daya tarik wisata budaya salah satunya adalah pasar seni, yang terdapat dua aktivitas utama, yaitu aktivitas perdagangan dan aktivitas pertunjukan atau atraksi wisata. Objek yang dijadikan studi kasus adalah blok B Pasar Seni Ancol yang memiliki dua aktivitas tersebut, yang berada di satu tempat yaitu studio. Terdapatnya aktivitas pembuatan karya yang menggunakan benda dan alat tajam dapat membahayakan keselamatan pengunjung untuk melihat secara dekat dikarenakan tidak adanya pemisah antar aktivitas. Oleh karena itu, perlu adanya konsep penataan mengenai integrasi ruang pamer dan ruang workshop, yang keduanya memiliki aktivitas yang berbeda namun berada di satu tempat sehingga dapat terintegrasi dengan baik dengan mendukung antar aktivitas. Selain itu juga memberikan suatu alternatif yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pengunjung maupun perupa dengan mengakomodasi keberagaman karya seni dan perupa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan studi kasus. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dari blok B Pasar Seni Ancol, dengan menganalisis jenis perupa, kawasan blok B yaitu zonasi dan sirkulasi, serta ruang studio perupa yang meliputi lima aspek yaitu aktivitas, karakteristik ruang, hubungan ruang, zonasi dan sirkulasi. Hasil analisis yang telah diperoleh kemudian disintesis untuk menghasilkan konsep yang merupakan tanggapan dari aspek-aspek yang dianalisis berupa solusi terhadap potensi dan permasalahan yang ada di pasar seni. Hasil penelitian mendapatkan dua jenis perupa yang terbagi berdasarkan jenis karya dan kegiatannya yaitu perupa dengan karya tiga dimensi yang meliputi pematung, pengukir dan pengrajin ikatan tali, sedangkan perupa dengan karya dua dimensi meliputi seniman tato dan fotografer. Pada kawasan blok B zonasi akan dikelompokan berdasarkan jenis perupa dengan membedakan antara sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi barang. Pada studio perupa, aktivitas perupa pada siang hari lebih didominasi pada area workshop dan pamer, sedangkan pada malam hari berada pada ruang istirahat. Karakteristik ruang perupa tiga dimensi akan menyewa satu hingga tiga modul sehingga terdapat tiga alternatif studio sedangkan perupa dua dimensi akan menyewa satu modul untuk setiap perupa. Konsep hubungan ruang dengan menghubungkan secara visual melalui ruang yang bersebelahan dengan pembatas ruang berupa perbedaan ketinggian dan material lantai serta pemisah secara vertikal berupa dinding atau partisi. Konsep zonasi dan sirkulasi untuk zona publik yaitu ruang pamer berada di area depan dekat dengan sirkulasi luar pengunjung, zona semi publik yaitu ruang workshop berada diantara ruang pamer dan istirahat, zona privat yaitu ruang istirahat berada di area belakang dan dekat dengan ruang workshop sehingga hanya perupa yang dapat memasuki area tersebut. Dari kelima aspek tersebut, dapat menyatukan kedua aktivitas utama namun masih mempertahakan fungsi dan kegiatan masing-masing ruang. Kata