Peningkatan Kadar Nitrogen Pupuk Organik Cair Dengan Pemanfaatan Kulit Singkong Menggunakan Desain Eksperimen Taguchi

Main Author: Nurfida, Firma
Format: Thesis NonPeerReviewed Lainnya Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/145579/1/JURNAL.PDF
http://repository.ub.ac.id/145579/1/SKRIPSI.pdf
http://repository.ub.ac.id/145579/2/ABSTRAK.pdf
http://repository.ub.ac.id/145579/
Daftar Isi:
  • Pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi, dimana fermentasi dapat dilakukan dengan penambahan bioaktivator atau EM-4, sehingga menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pada umumnya bahan baku yang digunakan untuk membuat pupuk organik cair berasal dari kotoran maupun dari urine hewan ternak yaitu sapi dengan ditambahkan bahan campuran tertentu. Pupuk organik cair dapat dibuat dari campuran bahan organik yaitu berupa sampah pasar, sampah pertanian maupun limbah industri pengolahan makanan. Salah satu industri pengolahan makanan adalah UD Dua Putri yang memproduksi kerupuk singkong dengan bahan dasar singkong. Limbah kulit singkong yang dapat dihasilkan perhari sekitar 1 sampai 1,8 kuintal untuk tiap unit rumah produksi, sedangkan pada industri ini memiliki 9 unit rumah produksi. Pemanfaatan limbah kulit singkong yang dilakukan pada industri ini hanya sebagai pakan ternak dan sisanya dibuang. Pemanfaatan kulit singkong sebagai pakan ternak dinilai kurang baik karena kandungan serat kasar yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya untuk pemanfaatan kulit singkong menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti pupuk organik cair. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen pembuatan pupuk organik cair dengan bahan baku utama berupa kotoran sapi, urine sapi dan kulit singkong menggunakan desain eksperimen Taguchi, sehingga didapatkan setting level optimal komposisi bahan yang dapat menghasilkan pupuk organik cair dengan kandungan nitrogen yang sesuai standar (SNI 19 70-30 2004) yaitu dengan ketentuan minimal kandungan nitrogen adalah 0,4%. Berdasakan hal tersebut karakteristik kualitas yang digunakan adalah Larger the Better. Desain eksperimen Taguchi mengkombinasikan antara faktor dan level kedalam matriks orthogonal, sehingga eksperimen yang dilakukan menjadi lebih efisien. Metode Taguchi bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses dalam waktu yang bersamaan dapat menekan biaya serta sumber daya seminimal mungkin. Setelah didapatkan setting level optimal dari perhitungan ANOVA rata-rata dan Signal to Noise Ratio, perlu dilakukan validasi nilai setting level optimal menggunakan eksperimen konfirmasi. Hasil analisis dengan metode Taguchi didapatkan setting level optimal yang terpilih menggunakan orthogonal array L8(27) dengan karakteristik kualitas Larger The Better adalah faktor A level 1 (kulit singkong 50 gram), faktor B level 2 (kotoran sapi 400 gram), faktor C level 2 (urin sapi 700 ml), faktor D level 2 (EM-4 40ml), faktor E level 1 (molase 40 ml), faktor F level 1 (sekam 20 gram) dan faktor G level 1 (lama hari 10 hari), dengan kandungan nitrogen optimal yaitu sebesar 0,51%. Hasil dari eksperimen konfirmasi menunjukkan bahwa eksperimen dapat diterima karena nilai rata-rata dan SNR prediksi maupun pada eksperimen konfirmasi masih berada dalam cakupan nilai interval kepercayaan. Pada eksperimen ini sudah dicapai tingkat kandungan nitrogen minimum pada pupuk organik. Selain itu dapat dilihat kandungan awal dari limbah kulit singkong sebelum di tambahkan bahan campuran lain dan di fermentasikan yaitu sebesar 0,16% dan nilai rata-rata nitrogen optimal yang dapat dicapai pada eksperimen ini sebesar 0,396%.