Daftar Isi:
  • Kota yang berkembang senantiasa menarik minat orang dari daerah-daerah pinggiran atau daerah yang belum berkembang untuk datang ke kota demi mencari kehidupan yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan kota semakin padat penduduk. Memadatnya kota, terbatasnya ekonomi para pendatang, dan mahalnya harga tanah serta rumah membuat para pendatang tersebut harus mencari tempat tinggal atau mencari di daerah-daerah yang masih kosong dan dengan biaya seminimal mungkin. Pada akhirnya daerah-daerah kosong dan mengganggur seperti bantaran sungai yang menjadi area tempat tinggal bagi para pendatang dari kelas ekonomi bawah dan akhirnya menjadi daerah permukiman liar dan kumuh. Kota Malang yang dilewati aliran Sungai Brantas menimbulkan berbagai masalah permukiman salah satunya adalah munculnya permukiman-permukiman kumuh di sekitar Sungai Brantas. Permukiman tersebut muncul dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan daya tampung lingkungan dan juga keterbatasan ekonomi. Permukiman tersebut berada pada kawasan rawan bencana dan cenderung menjadi kumuh. BPBD Kota Malang tahun 2015 mencatat ada 23 titik rawan longsor antara lain Kecamatan Sukun dan Kedungkandang masing-masing terdapat tujuh titik rawan longsor, Kecamatan Blimbing empat titik, Kecamatan klojen tiga titik, dan Kecamatan Lowokwaru ada dua titik. Kondisi yang demikian tidak membuat masyarakat meninggalkan atau berpindah dari permukiman yang ditempati. Tentu ada beberapa hal atau faktor yang membuat masyarakat memilih untuk tetap bertahan di lokasi tersebut. Seperti pada permukiman di Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030, Kelurahan Kotalama ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana dengan kecenderungan terjadi bencana banjir dan longsor. BPBD Kota Malang mencatat bencana tanah longsor terjadi 3 kali tahun 2015 dan pada tahun 2016 s.d. Bulan Juni tercatat 1 kali kejadian. Demikian halnya dengan bencana banjir yang berakibat masyarakat harus melakukan tindakan pemulihan pasca banjir. Dari kondisi dan permasalahan eksisting yang terdapat di Kelurahan kotalama, penduduk masih memilih untuk tetap bertempat tinggal di Kelurahan Kotalama. Maka dari hal itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi bermukim masyarakat pada kawasan rawan bencana Sungai Brantas di Kelurahan Kotalama dengan analisis faktor dan mengetahui karakter struktur sosial masyarakat Kelurahan Kotalama melalui analisis jaringan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat untuk tetap bermukim di Kelurahan Kotalama adalah akses dan jaminan. Selanjutnya struktur sosial berdasarkan tingkat partisipasi yaitu sejumlah 13 RT masuk kedalam klasifikasi sedang dan 10 RT masuk kedalam klasifikasi tinggi, dari hasil densitas menunjukkan seluruh RT masuk kedalam klasifikasi tinggi, dan dari hasil sentralitas menunjukkan nilai degree centrality tinggi, closeness centrality tinggi, dan betweeness centrality rendah. Secara keseluruhan struktur sosial di Kelurahan Kotalama terbagi menjadi lima tipe dengan masing-masing karakteristik pada tiap RT. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka dilakukan analisis korelasi dan tabulasi silang untuk mencari hubungan antara hasil dari analisis faktor dengan analisis jaringan sosial, dari analsis tersebut menunjukkan terdapat hubungan berbanding lurus yang artinya semakin baik akses dan jaminan maka struktur sosial juga akan semakin baik.