Daftar Isi:
  • PT PJBS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa operasi dan perawatan turbin. Salah satu proyek yang dikerjakan adalah proyek jasa perbaikan dan pemasangan turbin unit 1 PLTU Labuhan Angin. Didalam pengerjaannya proyek ini juga melibatkan pihak ke 3. Dari hasil pengawasan progress volume pekerjaan proyek dari segi jadwal, terdapat beberapa pekerjaan yang mengalami keterlambatan. Salah satunya pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ke 3 yaitu repiping Boiler Feed Water Pump. Pekerjaan ini mengalami keterlambatan volume pekerjaan sebesar 4.45% pada bulan Maret. Keterlambaran progress volume pekerjaan ini melebihi dari batas keterlambatan yang ditentukan oleh tim proyek yaitu sebesar 2%. Hal ini disebabkan adanya perubahan rencana pengerjaan proyek. Selain itu sistem pengawasan pengerjaan proyek yang dilakukan oleh perusahaan belum melihat dari segi pengeluaran biaya pada tiap periode pengerjaan proyek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil pengerjaan proyek dari segi waktu dan biaya dengan menggunakan metode Earned Value (EVM) pada tiap periode evaluasi (minggu). Apabila hasil perhitungan capaian indeks kinerja biaya (CPI) dan jadwal (SPI) ≥1 pada perhitungan EVM, maka proyek tersebut dapat tercapai sesuai dengan jadwal dan biaya yang direncanakan. Kemudian, dari hasil evaluasi tersebut dilakukan perincian resiko pada aktifitas proyek yang menghasilkan indeks capaian kinerja yang < 1 secara kuantitatif dengan metode Failue Mode and Analysis (FMEA). Dari perhitungan resiko tersebut dapat digunakan untuk mengetahui dampak kegagalan aktivitas yang terjadi pada proyek dan sekaligus menentukan saran perbaikan yang dapat dilakukan ketika terjadi permasalahan yang sama pada pengerjaan proyek selanjutnya. Hasil evaluasi dengan meggunakan metode EVM didapatkan keterlambatan pengerjaan proyek terjadi pada minggu ke 1, 3, 4, 8, dan 14. Dengan hasil SPI hingga akhir penyelesaian proyek sebesar 0.998 mengintrepertasikan bahwa kinerja proyek dari segi jadwal masih belum sesuai dengan target. Berdasarkan metode FMEA, penyebab keterlambatan terletak pada aktivitas Repiping BFWP yang disebabkan oleh ukuran sambungan pipa boiler yang dikirim oleh PT PLN (owner proyek) tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Dari mode kegagalan tersebut sebaiknya dilakukan realokasi manpower dan material untuk dapat segera melakukan pekerjaan repiping dengan ukuran denah pipa yang baru. Kemudian dari segi biaya didapatkan, pembengkakan biaya diluar dari anggaran pengerjaan proyek tiap periode evaluasi terjadi pada minggu 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13. Berdasarkan metode FMEA diketahui pembengkakan biaya terjadi karena terdapat overtime pada aktivitas cleaning yang membutuhkan bahan material tambahan dan alat yang rusak pada aktivitas repair blade. Saran perbaikan yang dilakukan adalah merelokasikan anggaran untuk pembelian material dan alat yang baru.