Daftar Isi:
  • PT Tiara Kurnia merupakan salah satu produsen pupuk organik di Indonesia. Dalam proses pembuatan pupuk organik, ditemukan beberapa waste (pemborosan), misalnya waste defect, waiting, unnecessary inventory dan lain-lain. Dengan adanya waste-waste tersebut, maka akan mempengaruhi hasil produksi, baik dari segi harga maupun kualitas. Untuk memperoleh harga dan kualitas yang baik, PT Tiara Kurnia harus mereduksi waste yang terjadi selama proses pembuatan pupuk organik. Waste tersebut akan lebih mudah diidentifikasi dan direduksi dengan menggunakan pendekatan Lean Manufacturing. Lean manufacturing merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengidentifikasi dan mereduksi waste. Tools yang digunakan adalah process map analysis, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), dan cause and effect diagram. Process map analysis digunakan untuk menggambarkan aliran proses produksi dan mengidentifikasi waste. Waste yang telah teridentifikasi tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam jenis seven waste. Tahap selanjutnya menentukan waste yang signifikan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) yaitu dengan melihat Risk Priority Number (RPN) yang tinggi. Dalam metode FMEA dilakukan pembobotan pada nilai severity (S), occurance (O), dan detection (D). Setelah mendapatkan nilai severity, occurance, dan detection maka akan diperoleh nilai RPN, dengan cara mengalikan nilai severity (S), occurance (O), dan detection (D) (RPN = S x O x D).Waste yang memiliki nilai RPN tinggi tersebut kemudian akan diidentifikasi penyebabnya dengan menggunakan cause and effect diagram. Setelah mengetahui penyebab dari terjadinya waste, maka akan diberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimasi waste tersebut. Dalam penggambaran process map analysis waste yang teridentifikasi sepanjang proses produksi adalah jenis waste inappropriate processing, defect, unnecessary inventory, waiting, dan overproduction. Setelah mengidentifikasi waste, kemudian menentukan waste yang signifikan dengan menggunakan metode FMEA. Berdasarkan perhitungan RPN diketahui waste yang memiliki nilai RPN tinggi adalah waste overproduction sebesar 280, waste defect (terdapat kompos yang masih kasar pada proses penghalusan) sebesar 252, waste waiting (penumpukan kompos pada pembuatan granul) sebesar 216. Langkah selanjutnya adalah mencari penyebab waste tersebut dengan menggunakan fishbone diagram. Waste overproduction disebabkan karena sistem produksi dan strategi supply chain yang kurang. Waste defect (terdapat kompos yang masih kasar pada proses penghalusan) disebabkan karena performansi mesin berkurang. Waste waiting (penumpukan kompos pada proses pembuatan granul) disebabkan karena mesin pan granulator mengalami kerusakan. Usulan perbaikan yang diberikan untuk waste overproduction adalah dengan dengan memberikan alternatif perbaikan mengenai sistem produksi dan strategi supply chain. Sedangkan waste defect dan waiting diberikan usulan perbaikan yaitu dengan melakukan preventive maintenance.