Daftar Isi:
  • Kemampuan pembangkit listik untuk memikul beban menentukan keandalan sistem energi listrik, sehingga selalu diupayakan besar daya yang dibangkitkan harus sama dengan besar kebutuhan di sisi beban setiap saat. Terutama unit pembangkit thermal yang berbahan bakar fosil sangat tergantung pada bahan bakar, pertambahan beban akan mendorong pertambahan kuantitas (jumlah) bahan bakar per satuan waktu yang akan meningkatkan pertambahan biaya per satuan waktu. Fluktuasi kebutuhan energi listrik di sisi beban akan menimbulkan fluktuasi biaya bahan bakar, berkaitan dengan hal tersebut perlu ditentukan pola korelasi keduanya, yang biasa disebut input-output suatu pembangkit tenaga listrik. Pada sistem tenaga listrik, unit-unit pembangkit tidak berada dalam jarak yang sama dari pusat beban dan biaya pembangkitan tiap-tiap pembangkit pun berbeda. Pada kondisi operasi normal sekalipun, kapasitas pembangkitan harus lebih besar dari jumlah beban dan rugi-rugi daya pada sistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengaturan terhadap pembangkitan. Analisis aliran daya optimal adalah suatu perhitungan untuk meminimalkan suatu fungsi tujuan yaitu biaya pembangkitan atau rugi-rugi transmisi dengan mengatur daya aktif dan daya reaktif pembangkitan tiap pembangkit sistem tenaga yang terinterkoneksi dengan memperhatikan batas-batas tertentu. Biaya total bahan bakar 6 unit pembangkit thermal sistem 500 kV Jawa-Bali dengan menggunakan Algoritma Genetika selama 24 jam adalah Rp.115.379.855.898. Apabila dibandingkan dengan data riil sistem yang menghasilkan total biaya sebesar Rp.150.371.894.794, maka penjadwalan unit pembangkit dengan algoritma genetika memberikan hasil 23,27% lebih ekonomis.