Perencanaan Agregat Produksi Kertas di PT Tunas Alfin Tbk. Untuk Meminimasi Biaya Total Produksi
Daftar Isi:
- PT Tunas Alfin Tbk. adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang sedang berkembang, dimana permintaan produk A dan produk B sangat berfluktuasi tiap periodenya, fluktuasi permintaan tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan dan kekurangan produk serta besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Perencanaan produksi PT Tunas Alfin Tbk. yang masih tidak terjadwal tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan produksi agregat agar dapat membantu memaksimalkan penggunaan seluruh kapaitas organisasi untuk memenuhi permintaan tersebut. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya produksi awal perusahaan, dan kemudian dilakukan pengevaluasian biaya dengan menggunakan tiga strategi agregat yakni Chase Strategy, Level Strategy, dan Hybrid Strategy. Dari ketiga strategi agregat tersebut dipilih strategi terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum. Peramalan dilakukan dengan menggunakan metode Exponential Smoothing, Moving Average, dan Weighted Moving Average untuk mengetahui jumlah permintaan produk A dan produk B. Hasil Peramalan produk A dan Produk B digunakan dalam perencanaan produksi agregat, selanjutnya dilakukan perhitungan disagregasi yang bertujuan untuk menentukan jadwal induk produksi. Berdasarkan evaluasi biaya produksi periode januari – desember 2014 dengan menggunakan tiga strategi agregat, dipilih Hybrid Strategy karena memberikan biaya produksi paling minimum sebesar Rp 937.621.186.025,58, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp 71.645.766.915,01 dari biaya produksi awal PT Tunas Alfin Tbk. Kemudian dari perencanaan produksi agregat untuk periode 1 tahun ke depan yaitu periode Januari – Desember 2015 diperoleh perkiraan biaya produksi sebesar Rp 611.839.613.945,2. Berdasarkan perhitungan disagregasi didapatkan jadwal induk produksi untuk produk A dan produk B.PT Tunas Alfin Tbk. adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang sedang berkembang, dimana permintaan produk A dan produk B sangat berfluktuasi tiap periodenya, fluktuasi permintaan tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan dan kekurangan produk serta besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Perencanaan produksi PT Tunas Alfin Tbk. yang masih tidak terjadwal tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan produksi agregat agar dapat membantu memaksimalkan penggunaan seluruh kapaitas organisasi untuk memenuhi permintaan tersebut. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya produksi awal perusahaan, dan kemudian dilakukan pengevaluasian biaya dengan menggunakan tiga strategi agregat yakni Chase Strategy, Level Strategy, dan Hybrid Strategy. Dari ketiga strategi agregat tersebut dipilih strategi terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum. Peramalan dilakukan dengan menggunakan metode Exponential Smoothing, Moving Average, dan Weighted Moving Average untuk mengetahui jumlah permintaan produk A dan produk B. Hasil Peramalan produk A dan Produk B digunakan dalam perencanaan produksi agregat, selanjutnya dilakukan perhitungan disagregasi yang bertujuan untuk menentukan jadwal induk produksi. Berdasarkan evaluasi biaya produksi periode januari – desember 2014 dengan menggunakan tiga strategi agregat, dipilih Hybrid Strategy karena memberikan biaya produksi paling minimum sebesar Rp 937.621.186.025,58, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp 71.645.766.915,01 dari biaya produksi awal PT Tunas Alfin Tbk. Kemudian dari perencanaan produksi agregat untuk periode 1 tahun ke depan yaitu periode Januari – Desember 2015 diperoleh perkiraan biaya produksi sebesar Rp 611.839.613.945,2. Berdasarkan perhitungan disagregasi didapatkan jadwal induk produksi untuk produk A dan produk B.PT Tunas Alfin Tbk. adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang sedang berkembang, dimana permintaan produk A dan produk B sangat berfluktuasi tiap periodenya, fluktuasi permintaan tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan dan kekurangan produk serta besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Perencanaan produksi PT Tunas Alfin Tbk. yang masih tidak terjadwal tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan produksi agregat agar dapat membantu memaksimalkan penggunaan seluruh kapaitas organisasi untuk memenuhi permintaan tersebut. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya produksi awal perusahaan, dan kemudian dilakukan pengevaluasian biaya dengan menggunakan tiga strategi agregat yakni Chase Strategy, Level Strategy, dan Hybrid Strategy. Dari ketiga strategi agregat tersebut dipilih strategi terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum. Peramalan dilakukan dengan menggunakan metode Exponential Smoothing, Moving Average, dan Weighted Moving Average untuk mengetahui jumlah permintaan produk A dan produk B. Hasil Peramalan produk A dan Produk B digunakan dalam perencanaan produksi agregat, selanjutnya dilakukan perhitungan disagregasi yang bertujuan untuk menentukan jadwal induk produksi. Berdasarkan evaluasi biaya produksi periode januari – desember 2014 dengan menggunakan tiga strategi agregat, dipilih Hybrid Strategy karena memberikan biaya produksi paling minimum sebesar Rp 937.621.186.025,58, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp 71.645.766.915,01 dari biaya produksi awal PT Tunas Alfin Tbk. Kemudian dari perencanaan produksi agregat untuk periode 1 tahun ke depan yaitu periode Januari – Desember 2015 diperoleh perkiraan biaya produksi sebesar Rp 611.839.613.945,2. Berdasarkan perhitungan disagregasi didapatkan jadwal induk produksi untuk produk A dan produk B.PT Tunas Alfin Tbk. adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang sedang berkembang, dimana permintaan produk A dan produk B sangat berfluktuasi tiap periodenya, fluktuasi permintaan tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan dan kekurangan produk serta besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Perencanaan produksi PT Tunas Alfin Tbk. yang masih tidak terjadwal tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan produksi agregat agar dapat membantu memaksimalkan penggunaan seluruh kapaitas organisasi untuk memenuhi permintaan tersebut. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya produksi awal perusahaan, dan kemudian dilakukan pengevaluasian biaya dengan menggunakan tiga strategi agregat yakni Chase Strategy, Level Strategy, dan Hybrid Strategy. Dari ketiga strategi agregat tersebut dipilih strategi terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum. Peramalan dilakukan dengan menggunakan metode Exponential Smoothing, Moving Average, dan Weighted Moving Average untuk mengetahui jumlah permintaan produk A dan produk B. Hasil Peramalan produk A dan Produk B digunakan dalam perencanaan produksi agregat, selanjutnya dilakukan perhitungan disagregasi yang bertujuan untuk menentukan jadwal induk produksi. Berdasarkan evaluasi biaya produksi periode januari – desember 2014 dengan menggunakan tiga strategi agregat, dipilih Hybrid Strategy karena memberikan biaya produksi paling minimum sebesar Rp 937.621.186.025,58, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp 71.645.766.915,01 dari biaya produksi awal PT Tunas Alfin Tbk. Kemudian dari perencanaan produksi agregat untuk periode 1 tahun ke depan yaitu periode Januari – Desember 2015 diperoleh perkiraan biaya produksi sebesar Rp 611.839.613.945,2. Berdasarkan perhitungan disagregasi didapatkan jadwal induk produksi untuk produk A dan produk B.