Evaluasi Kinerja Gudang Consumer Goods Menggunakan Supply Chain Operation Reference dan Scoring System”
Daftar Isi:
- Setiap perusahaan yang bergerak di industri manufaktur maupun industri jasa harus memiliki keunggulan agar dapat bersaing di dunia industri. Salah satu caranya dengan melakukan pengukuran kinerja perusahaan. Saat ini, kinerja gudang perusahaan consumer goods tempat penelitian berlangsung masih berada dibawah target yang diharapkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja gudang menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) Scoring System. Sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja gudang agar mencapai target. Model SCOR dalam penelitian ini berfungsi untuk mengidentifikasi indikator kinerja, sedangkan Scoring System dengan metode Objective Matrix (OMAX) berfungsi untuk mengukur indikator kinerja secara kuantitatif. Selain itu, pada penelitian ini dibantu dengan beberapa metode lain yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Root Cause Analysis (RCA). AHP berfungsi untuk menentukan bobot dari masing-masing indikator kinerja dan RCA berfungsi untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah atau kejadian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model SCOR didapatkan 2 KPI pada perspektif plan, 3 KPI pada perspektif source, 21 KPI pada perspektif make, 7 KPI pada perspektif deliver dan 2 KPI pada perspektif return. Dari 35 KPI tersebut dilakukan pengukuran menggunakan OMAX dan dihasilkan 3 kelompok indikator yaitu 17 KPI masuk dalam kategori hijau, 13 KPI masuk dalam kategori kuning dan 5 KPI masuk dalam kategori merah. Berdasarkan hasil tersebut, perbaikan dilakukan pada kategori merah (kritis). KPI kondisi lantai gudang yang tidak terawat disebabkan oleh banyaknya tumpukan produk diatas lantai, usulan perbaikan yang perlu dilakukan dengan mengatur tumpukan produk. KPI perfect oder fulfillment distributor (ketidaksesuaian kuantitas order) disebabkan oleh kesalahan komunikasi, usulan perbaikan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki komunikasi dengan supplier. KPI produk yang disusun tidak sesuai standar penumpukan disebabkan pemanfaatan ruang kurang maksimal, usulan perbaikan yang perlu dilakukan dengan membuat rak. KPI perfect oder fulfillment customer (ketidaksesuaian jumlah kuantitas order konsumen) disebabkan oleh kesalahan komunikasi, usulan perbaikan yang dilakukan dengan membuat dokumentasi tertulis. KPI pengembalian produk rusak atau tidak layak tinggi disebabkan oleh gangguan saat perjalanan, usulan perbaikan yang perlu dilakukan dengan pengecekan produk sebelum dan sesudah dikirim.