Pengaruh Penambahan Serat Bambu terhadap Kuat Lentur Balok Bertulang Bambu dengan Agregat Kasar Batu Pumice

Main Author: Wijaya, DwiPrasetyoAji
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/144816/1/SKRIPSI_DWI_PRASETYO_AJI_WIJAYA.pdf
http://repository.ub.ac.id/144816/2/NASKAH_PUBLIKASI_DWI_PRASETYO_A.W-125060101111011.pdf
http://repository.ub.ac.id/144816/
Daftar Isi:
  • Teknologi bahan dalam bidang konstruksi terus dikembangkan, salah satu penerapannya adalah beton ringan. Berat jenisnya yang lebih kecil bila dibandingkan dengan beton normal merupakan keunggulan dari beton ringan. Beton ini dibuat dengan material penyusun yang memiliki berat lebih ringan daripada material penyusun pada beton normal. Material penyusun beton ringan salah satunya adalah penggunaan agregat kasar batu pumice. Disamping memiliki kelebihan, beton ringan juga memiliki kelemahan, yaitu kemampuan kuat tariknya yang lemah dibanding dengan kuat tekanannya. Oleh karena itu perlu adanya tulangan untuk menutupi kekurangan dari beton. Penggunaan bambu merupakan salah satu pilihan yang baik pengganti tulangan baja untuk mengurangi berat sendiri dari beton. Mengingat, bambu memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Bahan alternatif lain untuk mengatasi kuat tarik beton yang rendah selain tulangan adalah dengan penambahan serat. Penelitian ini didesain menggunakan rancangan setengah faktorial, sehingga didapatkan data yang semaksimal mungkin dengan benda uji yang lebih sedikit. Variasi yang ada dalam percobaan ini diantaranya adalah kadar serat bambu sebesar 40 gr/volume benda uji dan 150 gr/volume benda uji (A1 dan A2), perbandingan semen dan agregat sebesar 1:2:1 dan 1:2,5:1,5 (B1 dan B2), serta rasio tulangan bambu 1% dan 1,5% (C1 dan C2). Masing-masing benda uji balok memiliki dimensi 160x15x20 dengan pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap benda uji. Dibuat juga balok beton pumice tanpa penambahan serat dan juga beton normal sebagai pembanding. Dalam proses pengujian, balok diletakkan di atas dua tumpuan sederhana dengan beban terpusat dibagi menjadi dua titik. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil pengujian lentur murni. Dialgauge diletakkan di tengah bentang untuk mengetahui besar lendutan yang terjadi. Dari hasil pengujian balok dengan komposisi A 1 B 2 C 2 , A 2 B 2 C 1 , A 2 B 1 C 2 dan A 1 B 1 C 1 beban maksimum yang mampu ditahan berturut-turut adalah 2200 kg, 1900 kg, 1716,67 kg, dan 1950 kg. Dengan mengabaikan pengaruh B (komposisi semen agregat) dan C (rasio tulangan), balok dengan penambahan kadar serat 40 gr mampu menahan beban 2075 kg. Sedangkan balok dengan penambahan serat 150 gr mampu menahan beban 1808 kg. Hal ini berarti balok dengan penambahan serat 40 gr mampu menahan beban lebih besar dibandingkan dengan balok yang ditambahkan serat kadar tinggi yaitu sebesar 150 gr. Akan tetapi keduanya memiliki kekuatan diatas beton tanpa serat yang hanya mampu menahan beban 950 kg. Dan dibawah beton normal yang bisa menahan beban hingga 2850 kg. Nilai lendutan pada komposisi A 1 B 2 C 2 , A 2 B 2 C 1 , A 2 B 1 C 2 dan A 1 B 1 C 1 sebesar 0,27 mm, 0,32 mm, 0,26 mm dan 0,44 mm. Ini diambil ketika balok masih dalam keadaan elastis yaitu saat beban yang bekerja sebesar 200 kg. Dan untuk nilai kekakuan tiap komposisi pada kondisi elastis ialah 793,87 kg/mm, 661,61 kg/mm, 783,87 kg/mm dan 487,33 kg/mm. Hasil pengujian anova menunjukkan terdapat pengaruh yang tidak signifikan pada penambahan serat bambu terhadap kuat lentur balok bertulang bambu dengan agregat batu pumice. Hal ini dibuktikan dengan analisis varians (anova) terhadap kuat lentur balok uji yang membuktikan adanya peningkatan dengan tingkat kepercayaan sebesar 72% (α=28%).