Upaya Pengurangan Rework Pada Proses Produksi Bathtub Berdasarkan Biaya Rework Tertinggi Menggunakan Metode Fault Tree Analysis Dan Aljabar Boolean

Main Author: Sutrisno, FaisalIman
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/144708/1/4._Skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/144708/2/5._Daftar_pustaka.pdf
http://repository.ub.ac.id/144708/3/2._Pernyataan.pdf
http://repository.ub.ac.id/144708/4/3._Daftar_Isi.pdf
http://repository.ub.ac.id/144708/5/1._Lembar_pengesahan.pdf
http://repository.ub.ac.id/144708/
Daftar Isi:
  • Rework merupakan salah satu waste yang membutuhkan biaya tambahan dalam upaya memperbaiki kualitas dari produk yang cacat. Oleh karena itu, semua tindakan yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk seperti proses rework haruslah dikurangi untuk efektifitas dan efisiensi dalam perusahaan. Pada penelitian ini memuat mengenai upaya untuk mengurangi terjadinya cacat untuk produk bathtub di CV. Apaiser Indonesia. Pemilihan produk bathtub sebagai objek pengurangan terjadinya cacat yang menjadi penyebab rework adalah karena berdasarkan data perusahaan, bathtub adalah jenis produk yang mengalami cacat produk yang tertinggi yaitu sebesar 22,28% dari keseluruhan produksi untuk periode Januari 2015 – September 2015 yang terdiri dari 7 jenis cacat yaitu flek warna, perbedaan warna, permukaan yang bergelembung, retak halus, permukaan bathtub yang tidak rata, pipa overflow yang buntu, dan siku yang tidak sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi perbaikan dalam upaya mengurangi terjadinya cacat pada produk bathtub di masa yang akan datang. Pemilihan jenis cacat prioritas dilakukan dengan cara menghitung dan mengurutkan jumlah biaya rework. Berdasarkan perhitungan dan analisis biaya yang dilakukan untuk masing-masing jenis cacat maka perbedaan warna keseluruhan ditetapkan sebagai jenis cacat prioritas karena merupakan jenis cacat dengan biaya rework tertinggi yaitu sebesar Rp.25.015.400 dan flek warna keseluruhan dengan frekuensi tertinggi yaitu sebanyak 89 kali. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi akar permasalahan menggunakan fault tree analysis (FTA) yang diperoleh berdasarkan hasil diskusi dengan staff Quality Control. Dengan pencarian akar permasalahan dengan menggunakan FTA untuk jenis cacat prioritas dapat diketahui bahwa penyebab utama (basic event) dari terjadinya cacat perbedaan warna keseluruhan adalah tidak tersedianya fasilitas penerangan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada ruangan proses pengecatan, operator tidak membawa kontrol warna, lingkungan kerja proses grinding yang kurang nyaman dan operator yang tidak dilengkapi dengan Alat Pengaman Kerja (APK), tidak tersedianya ruang pengecatan dan pengeringan , dan jumlah operator pengecatan yang tidak ideal. Sedangkan untuk jenis cacat flek warna sebagian disebabkan oleh beberapa basic event seperti tidak tersedianya tidak tersedianya ruang pengecatan yang tertutup, tidak tersedianya ruang pengeringan yang tertutup, dan kurangnya pengawasan terhadap bahan baku campuran cat. Untuk basic event dari jenis cacat perbedaan warna keseluruhan dan flek warna sebagian dilakukan beberapa perancangan rekomendasi perbaikan dalam upaya pengurangan terjadinya cacat untuk produk bathtub di masa yang akan datang. Adapun untuk perancangan rekomendasi perbaikan meliputi menyediakan ruangan pengecatan dan pengeringan khusus, memperbanyak kontrol warna untuk operator pengecatan, menentukan jumlah operator pengecatan yang ideal dan meningkatkan pengawasan untuk bahan baku cat.