Stadion Sepakbola Mixed Use Arema Malang (Rancangan Dengan Ekspresi Estetika Struktur
Daftar Isi:
- Arsitektur kerap kali berangkat dari skema efektivitas, padahal skema ini tidak selalu menghasilkan rancangan yang estetis dan berkarakter. Di sisi lain, stadion sepakbola merupakan elemen utama dalam matriks kota dan membutuhkan rancangan berkarakter. Di samping itu, Arema sebagai klub sepakbola terbesar di kota Malang memerlukan wadah aktivitas berupa stadion baru guna memfasilitasi kebutuhan klub dan Aremania yang kian besar. Arema dan Aremania merupakan kesatuan simbol dan identitas yang mengakar di masyarakat Kota Malang sehingga upaya mempertahankan eksistensinya dengan memadukan simbol-identitas dalam rancangan Stadion Arema baru menjadi hal penting. Selain itu, rancangan stadion-stadion di Indonesia menghadapi permasalahan fungsional, yaitu stadion tidak mampu menyediakan wadah untuk aktivitas yang kian besar, namun di sisi lain, penggunaan stadion juga cenderung tidak efektif karena hanya beroperasi sebanyak 90 hari pertandingan sedangkan selebihnya stadion dalam kondisi pasif. Kondisi kontras ini menjadikan stadion sepakbola sebagai struktur masif yang mati. Permasalahan fungsional ini dapat ditekan dengan pengintegrasian fungsi-fungsi lain yang mampu membangkitkan pergerakan aktivitas saat tidak ada pertandingan melalui perancangan mixed-use development. Oleh sebab itu, studi ini bertujuan untuk mewujudkan rancangan stadion sepakbola mixed-use Arema Malang yang mengekspresikan karakter dan simbol Arema melalui pendekatan estetika struktur. Pendekatan ekspresi estetika struktur berlandaskan parameter arsitektur high-tech dan bionik yang menghasilkan bentuk-tampilan bangunan maupun struktur yang simbolik representatif dengan identitas Arema. Parameter yang digunakan antara lain transparency, layering, movement, warna cerah, ekspos struktur dan penggunaan struktur ringan. Semua elemen yang mempengaruhi bentuk ditransformasikan menggunakan metode mixed metaphor. Fase pertama (target domain), yaitu melakukan identifikasi karakter, identitas dan makna melalui simbol Arema serta perilaku Aremania. Hasilnya berupa abstraksi konsep yang kemudian diidentifikasi ke dalam jenis metafora tangible atau intangible. Tahap kedua (metaphor transformation), dilakukan menggunakan metode desain mixed metafor yang dibagi menjadi beberapa tahap proses rancangan, yaitu blockplan, form, envelop dan structural design processing. Selanjutnya, pada fase akhir adalah (source domain), yaitu hasil rancangan. Kemudian, basis rancangan mixed-use development dikaji berdasarkan parameter yang dikeluarkan oleh Atlanta Regional Commission (ARC) di antaranya melalui penerapan rasio proporsi antar fungsi terpadu dengan alokasi untuk fungsi komersial sebesar 5 – 10% dari total luas lantai serta pengintegrasian fungsi secara kuat dengan pemanfaatan ruang-ruang transisi dan ruang yang dapat digunakan bersama. Ekspresi estetika struktur pada rancangan blockplan, form, envelop dan structural tampak pada: (1) penerapan arsitektur bionik dengan metafor simbol-simbol Arema melalui bentuk dan struktur stadion yang mengambil figur serta mekanisme struktur sistem gerak pada singa; (2) penerapan parameter arsitektur high-tech, yaitu pada rancangan fasad yang menampilkan transparency, layering dan movement, penggunaan warna material cerah, ekspos struktur dengan aplikasi struktur ringan serta penyatuan antara ruang luar vi dan dalam; (3) penerapan ruang-ruang multifungsi pada stadion yang bersesuaian dengan arsitektur high-tech. Penerapan mixed-use development pada rancangan stadion ditunjukkan oleh (1) pengintegrasian fungsi pendukung stadion seperti hotel, Galeri, Museum serta Akademi Arema; (2) proporsi floor are ratio (FAR) masing-masing fungsi memenuhi persyaratan rancangan mixed-use development dengan FAR fungsi komersial sebesar 16.198 m2; (3) pengaplikasian ruang transisi sebagai penguat antar fungsi serta (4) penerapan ruang-ruang multifungsi seperti kamar hotel, skyboxes dan ruang banqueting yang mendukung teori arsitektur high-tech.