Daftar Isi:
  • Pengelolaan pada sampah padat di Indonesia selalu menjadi masalah yang serius. Hal ini dikarenakan peningkatan yang terjadi setiap tahunnya selalu diiringi dengan peningkatan populasi dan urbanisasi, serta isu-isu yang berkaitan dengan banyaknya penggunaan lahan yang diperlukan untuk pembuangan akhir (TPA) sampah padat. Selain itu, pada timbunan sampah padat tersebut akan menghasilkan zat yang disebut dengan air lindi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyederhanakan dalam memprediksi distribusi air lindi pada lokasi TPA dengan menggunakan sampah campuran. Gerakan air yang terjadi dianggap sebagai jumlah air lindi yang dihasilkan dari TPA pada selang waktu tertentu. Pada penelitian ini digunakan serangkaian kolom dengan kondisi yang berbeda untuk melihat perubahan distribusi jumlah air lindi yang terjadi pada setiap kolom. Kolom yang digunakan pada penelitian ini adalah pipa PVC dengan diameter 11 cm dan tinggi 200 cm, yang digunakan sebagai tempat dari sampel sampah campuran yang akan digunakan. Sampah padat yang digunakan berupa komposisi yaitu sampah rumah tangga, plastik, pakaian dan kertas. Kolom yang digunakan ada tiga tipe, yaitu kolom L (sampah dengan kepadatan rendah), kolom H (sampah dengan kepadatan tinggi) dan kolom C (sampah dengan kepadatan tinggi dan penutup tanah dilapisan atas), dengan kepadatan rendah yaitu 400 kg/m3 dan kepadatan tinggi yaitu 600 kg/m3. Urutan waktu pemberhentian yang digunakan dalam penelitian yaitu 45 hari (L45, H45, C45), 30 hari (H30, C30) dan 15 hari (H15, C15). Semua sampel sampah dicampurkan dan ditambahkan air untuk memenuhi jumlah air pada kondisi awal untuk musim kemarau yaitu 70%. Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan terhadap pengelolaan sampah secara open dumping dan sanitary landfill, dimana kedua metode tersebut merupakan metode yang sering digunakan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dari distribusi air lindi pada kolom L, H dan C pada waktu 45 hari didapatkan prosentase perkolasi berturut-turut yaitu 17.31%, 8.10% dan 11.95% sedangkan prosentase dekomposisi yaitu 22.04%, 23.80% dan 21.58%. Namun dari hasil prosentase tersebut, korelasi antara nilai perkolasi dan nilai dekomposisi memiliki keterkaitan yang lemah sehingga apabila perkolasi pada kolom sampah tinggi maka belum tentu dekomposisi yang dihasilkan pada sampah juga akan tinggi. Untuk penguapan, didapatkan hasil perhitungan secara empiris untuk kolom L, H dan C pada waktu 45 hari didapatkan prosentase perkolasi berturut-turut yaitu 1.6 mm/hari, 6.2 mm/hari dan 2.4 mm/hari, sedangkan untuk hasil teoritis dengan metode Blaney-Cridey sebesar 5.8 mm/hari dan metode Thornwaite sebesar 6.2 mm/hari. Hasil tersebut mempunyai keterkaitan yaitu metode Thornwaite mempunyai nilai yang sama dengan kolom H, sehingga disimpulkan bahwa perhitungan penguapan pada sampah dengan metode teoritis hanya cocok untuk timbunan sampah dengan kepadatan tinggi dan tanpa penutup tanah (cover).