Analisis Risiko Operasional pada Stasiun Kerja PLTA Bagian Produksi dengan Metode Preliminary Hazard Analysis (PHA)
Main Author: | Arief, FittaFridditta |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Lainnya |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/144472/1/Skripsi_Fitta_Fridditta_Arief.PDF http://repository.ub.ac.id/144472/ |
Daftar Isi:
- PT. PJB UP. Brantas (Unit Pembangkitan Brantas) merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT .PJB yang merupakan anak perusahaan PT. PLN (Persero). Meningkatnya uncertainty di lingkungan perusahaan mengharuskan perusahaan meningkatkan kesiapan (preparedness) guna menjaga kelangsungan usahanya. Namun saat ini PT. PJB UP. Brantas dikelola dengan menerapkan crisis management dimana saat terjadi risiko, maka saat itu pula diperbaiki. Seperti misalnya terjadi kebakaran tranformator pada suatu unit, maka saat itu pula perusahaan melakukan tindakan agar kebakaran tidak berdampak pada proses lainnya. Padahal sebenarnya risiko kebakaran transformator tersebut dapat dicegah dengan melakukan preventive action, misalnya dengan melakukan pemeliharaan secara rutin pada tranformator. Tindakan crisis management tersebut mengakibatkan solusi yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan akar permasalahan terbakarnya transformator. Misalnya, terbakarnya transformator yang sebenarnya diakibatkan oleh relay yang tidak bekerja, tetapi tindakan penanganan dilakukan dengan penggantian fan yang tidak ada hubungannya dengan kerusakan relay. Maka dari itu, diperlukan adanya pengelolaan risiko menggunakan preventive action agar risiko tersebut dapat dicegah dan saat melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan akar permasalahan. Dalam proses produksinya, PT. PJB UP. Brantas mengelola 12 PLTA dengan kapasitas kecil. 12 PLTA tersebut diantaranya: PLTA Sutami, PLTA Selorejo, PLTA Ngebel, PLTA Tulungagung, PLTA Wlingi, PLTA Lodoyo, PLTA Sengguruh, PLTA Mendalan, PLTA Siman, PLTA Giringan, dan PLTA Golang. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi risiko operasional yang memiliki dampak terbesar pada bagian produksi di 12 PLTA tersebut dengan metode Preliminary Hazard Analysis (PHA), kemudian menganalisis penyebab dari risiko yang memiliki dampak terbesar menggunakan cause-and-effect diagram agar dapat mengetahui penyebab risiko secara lebih mendetail, sehingga nantinya dihasilkan rekomendasi perbaikan yang tepat untuk mencegah risiko tersebut terjadi. Langkah awal metode Preliminary Hazard Analysis adalah melakukan identifikasi risiko operasional yang ada di setiap PLTA yang menghasilkan 41 risiko operasional. Namun tidak semua risiko operasional tersebut dapat dilakukan estimasi frekuensi dan konsekuensi karena ada beberapa risiko yang memang belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga risiko operasional yang akan dianalisis hanya risiko yang memiliki nilai estimasi frekuensi dan konsekuensi. Risiko operasional yang memiliki nilai estimasi frekuensi dan konsekuensi sejumlah 25 risiko operasional. Langkah selanjutnya, dilakukan pemberian nilai estimasi frekuensi dan konsekuensi, sehingga dihasilkan matriks risiko yang telah berisi risiko operasional. Dari matriks risiko, diketahui bahwa risiko terbakarnya transformator di PLTA Sutami menjadi risiko yang memiliki dampak terbesar yaitu adanya pemadaman listrik se-Malang Raya. Kemudian dilakukan analisis penyebab risiko dengan metode cause-and-effect diagram dari 5 faktor yaitu manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan. Faktor keuangan tidak dimasukkan ke dalam analisis penyebab terjadinya kebakaran transformator karena PT. PJB UP. Brantas adalah salah satu perusahaan BUMN, sehingga tidak mengalami masalah dalam hal keuangan perusahaan. Kemudian setelah dilakukan analisis permasalahan selanjutnya memberikan rekomendasi perbaikan terhadap perusahaan. Saat dilakukan analisis rekomendasi perbaikan, ditemukan 28 rekomendasi perbaikan yang tepat untuk diterapkan di PT. PJB UP. Brantas. Salah satu rekomendasi perbaikan yang ditemukan adalah dengan melakukan CMC (Counseling, Monitoring, Coaching) oleh pimpinan setiap hari agar pekerjaan operator dapat terpantau dengan baik.