Daftar Isi:
  • Kekeringan merupakan fenomena alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor). Oleh karena itu agar dapat mengatasi fenomena kekeringan perlu dilakukan analisa terhadap indeks kekeringan yang terjadi, agar dapat menjadi tindakan preventif sebagai alat peringatan dalam upaya mitigasi. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung indeks kekeringan adalah metode Thornthwaite Mather. Metode ini berdasarkan prinsip neraca air dan menekankan faktor evapotranspirasi sebagai faktor iklim selain hujan serta memasukan variabel lengas tanah. Nilai defisit (kekurangan air) yang dihasilkan digunakan untuk menghitung indeks kekeringan wilayah, yang kemudian dinamakan peta sebaran kekeringan. Hubungan antara hujan dan evapotranspirasi potensial (P dan PE) menunjukkan terjadinya periode bulan basah dan periode bulan kering. Periode kering terjadi apabila P<PE dan menimbulkan keadaan kekurangan air, sehingga diperlukan tambahan kadar air tersimpan dalam tanah yang berupa nilai lengas tanah. Penggunaan kelengasan (storage=ST) oleh tanaman menyebabkan terjadinya perubahan nilai kelengasan didalam tanah (∆ST), berkurangnya air hujan secara terus-menerus mengakibatkan kelembaban dalam tanah semakin menurun. Saat periode basah (P>PE) dimulai, kelembaban didalam tanah akan terisi kembali hingga mencapai kapasitas lapang (Sto) jika jumlah kelebihan air mencukupi. Sebaliknya jika jumlah kelebihan air hujan pada periode basah tersebut lebih kecil dari kapasitas lapang, Sto tidak akan tercapai. Nilai Sto ditentukan oleh kapasitas tanah menahan air (Water Holding Capacity) yakni faktor tanah dan evapotranspirasi. Sehingga jika terdapat kelebihan lengas tanah, hubungan antara nilai lengas tanah dan evapotranspirasi menghasilkan indeks kelembaban (Im). Jika terdapat kekurangan lengas tanah, hubungan antara lengas tanah dan evapotranspirasi akan menghasilkan indeks kekeringan (Ia). Dari hasil perhitungan, kekeringan terjadi pada bulan Juni-Oktober (5 bulan), sedangkan pada bulan November-Maret (5 bulan) mengalami bulan basah dan pada bulan April-Mei cenderung memulai kekeringan. Tahun paling kering terjadi pada tahun 1995 dan 2013. Berdasarkan analisa kesesuaian hubungan antara indeks kekeringan (Ia) dan debit (Q), maka dapat diketahui bahwa tingkat kesesuaian perbandingan antara indeks kekeringan (Ia) dan Debit (Q) masing-masing stasiun hujan berkisar antara 70.65% s/d 87.32%