Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan di PT Cakra Guna Cipta, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan rokok. Terdapat risiko-risiko yang menyertai proses dalam pembuatan rokok, diantaranya risiko pada proses perencanaan penjualan dan pengadaan bahan baku. PT Cakra Guna Cipta belum memberikan perhatian pada risiko yang terjadi. Di dalam suatu supply chain terdapat aktivitas bisnis yang dikelompokkan berdasarkan Supply Chain Operation Reference (SCOR) yaitu plan, source, make, deliver dan return. Tentunya dalam 5 aktivitas tersebut akan selalu muncul risiko, tidak terkecuali dalam proses pembuatan rokok pada PT Cakra Guna Cipta. Dengan melakukan analisis risiko menggunakan House of Risk (HOR) diharapkan risiko dapat ditangani dengan adanya tindakan pencegahan, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan oleh risiko dapat diminimalisasi. Tahap awal HOR adalah fase identifikasi risiko yang terdapat dalam supply chain perusahaan dengan mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko menggunakan elemen SCOR. Penilaian tingkat dampak (severity), peluang kemunculan (occurance) dan hubungan antara kejadian risiko dengan penyebab risiko dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyebab risiko berpotensi menyebabkan terjadinya kejadian risiko. Selanjutnya, dipilih penyebab risiko yang perlu ditangani berdasarkan nilai Aggregate Risk Priority (ARP) tertinggi. Pada fase penanganan risiko dilakukan pengidentifikasian tindakan pencegahan setiap penyebab risiko terpilih. Pengurutan peringkat tindakan pencegahan berdasarkan nilai Rasio Effectiveness To Difficulty (ETD) untuk mengetahui urutan tindakan yang paling efektif dan mudah untuk diterapkan di perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan 30 kejadian risiko dengan 41 penyebab risiko yang telah teridentifikasi. Setelah dilakukan perhitungan ARP, dipilih 8 penyebab risiko yang perlu ditangani, yaitu kualitas bahan baku kurang baik (A20), permintaan mendadak dari pelanggan (A5), tidak adanya pengecekan dari pihak supplier (A21), ketidaktelitian karyawan (A1), kehabisan bahan baku (A8), adanya masalah kualitas pada produk akhir (A39), komunikasi internal antar departemen yang kurang baik (A6) dan komunikasi dengan supplier yang kurang baik (A18). Penyebab risiko tersebut ditangani dengan 9 tindakan pencegahan yaitu, menetapkan system pemilihan supplier (PA1), membuat kontrak atau perjanjian dengan supplier (PA2), memperbaiki sistem informasi pengolahan data persediaan (PA3), menggunakan multiple supply bases (PA4), membuat sistem informasi yang terintegrasi (PA5), pengalokasian produk (PA6), memperbaiki pemberian reward dan punishment bagi seluruh karyawan (PA7), melakukan training rutin kepada semua karyawan (PA8) dan mengimplementasikan Statistical Process Control (PA9).