Pengukuran Kinerja Third Party Logistics dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia
Main Author: | Pramadi, OzzystaAyudya |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/144241/1/BAB_IV.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/2/BAB_V.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/2/DAFTAR_PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/3/COVER_SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/3/BAB_I.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/3/DAFTAR-DAFTAR.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/4/BAB_III.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/5/BAB_II.pdf http://repository.ub.ac.id/144241/ |
Daftar Isi:
- PT Beiersdorf Indonesia adalah sebuah perusahaan multi-nasional yang memproduksi plaster dan skincare Nivea. PT Beiersdorf Indonesia menggunakan jasa third party logistics (3PL) untuk mendistribusikan produk jadi dari gudang utama hingga gudang distributor. Pengiriman seluruh produk jadi dilakukan oleh PT CJ Korea Express Logistics Indonesia. PT Beiersdorf Indonesia belum melakukan penilaian performansi 3PL secara menyeluruh. Terdapat beberapa subkriteria yang belum mampu diukur oleh perusahaan karena perusahaan belum mengetahui cara pengukuran sub kriteria tersebut. Selain itu, kriteria dan sub kriteria yang digunakan belum sepenuhnya merepresentasikan kapabilitas dan kinerja 3PL pada kegiatan distribusi yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu adanya pengukuran kinerja 3PL dengan menggunakan kriteria yang lebih detail untuk memperkaya kriteria pengukuran kinerja sebelumnya, sehingga penelitian ini menghasilkan sistem pengukuran kinerja 3PL yang lebih baik dengan rekomendasi prioritas perbaikan kinerja 3PL yang sesuai dengan kebutuhan PT Beiersdorf Indonesia. Metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode multiple criteria decision making untuk memperoleh prioritas kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja 3PL yang ditunjukkan dengan bobot. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kriteria pengukuran kinerja 3PL dengan brainstorming dan kuesioner. Tahap kedua adalah membuat model ANP dan menghitung bobot dengan menggunakan software Super Decision. Tahap ketiga adalah menghitung selisih tingkat persepsi dan tingkat harapan PT Beierdorf Indonesia terhadap kinerja 3PL dengan gap, dimana gap tersebut menunjukkan prioritas perbaikan kinerja 3PL. Namun, perhitungan gap belum cukup dijadikan dasar rekomendasi perbaikan karena belum memperhatikan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria dan sub kriteria. Oleh karena itu, perhitungan gap terbobot perlu dilakukan pada tahap terakhir. Dengan mengetahui gap terbobot dapat diperoleh kriteria kritis yang memerlukan perbaikan, sehingga perbaikan kinerja 3PL akan menjadi lebih tepat sasaran. Dari hasil identifikasi, terdapat 6 kriteria dan 48 sub kriteria yang dibutuhkan dan digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja third party logistics di PT Beiersdorf Indonesia. Secara berurutan, nilai bobot kriteria yang didapatkan dari yang terbesar hingga terkecil adalah kriteria performance dengan bobot 26,3%, kriteria service dengan bobot 21,3%, kriteria quality dengan bobot 15,7%, kriteria cost dengan nilai 14,5%, kriteria intangibles dengan nilai 13,2%, dan kriteria IT dengan nilai 9%. Berdasarkan pengukuran kinerja dengan perhitungan nilai gap terbobot, didapatkan bahwa kinerja PT CJ Korea Express Logistics sebagai 3PL yang digunakan oleh PT Beiersdorf Indonesia belum memenuhi harapan perusahaan pada kriteria performance (0,4501), quality (0,2605), service (0,1504), dan IT (0,0657). Pada kriteria cost, 3PL telah memenuhi harapan perusahaan dengan nilai gap terbobot 0, sedangkan kinerja 3PL melebihi harapan perusahaan pada kriteria intangible dengan nilai gap terbobot -0,073. Rekomendasi prioritas perbaikan yang dapat dilakukan untuk meingkatkan kinerja 3PL adalah memperbaiki OTIF (On Time and In Full) dengan melakukan training bagi karyawan 3PL, melakukan perbaikan action plan, menaati sistem FEFO (First Expired First Out), mengurangi kesalahan pengiriman, dan melakukan pengiriman produk sesuai dengan lead time yang disepakati khususnya dalam pelaksanaan outbond logistics. Upaya perbaikan tersebut tidak hanya dilakukan oleh pihak 3PL sendiri, namun PT Beiersdorf Indonesia diharapkan mampu mendukung 3PL untuk meningkatkan kinerjanya.