Kajian Persepsi Siswa Sma Dan Smk Negeri Tentang Kinerja Keselamatan Bus Sekolah Kota Malang
Daftar Isi:
- Kota Malang adalah kota pendidikan. Kota Malang Sebagai kota pendidikan mempunyai masalah mendasar yaitu kurangnya fasilitas sarana dan prasarana bagi pelajar untuk berangkat dan pulang sekolah. Kurangnya fasilitas yang ada membuat pelajar beralih menggunakan kendaraan pribadi. Padahal Pelajar Tingkat SMA dianggap belum mampu untuk mengendarai kendaraan. Pada awal 2015, Pemerintah Kota Malang berusaha menyediakan fasilitas transportasi yang layak bagi pelajar, dengan pengadaan bus sekolah. Enam Bus Sekolah yang beroperasi di enam rute belum mampu menarik perhatian pelajar untuk beralih dari mengendarai sepeda motor pribadi.. Oleh karena itu, kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1) Untuk mengetahui persepsi pelajar tingkat SMA dan stakeholder sekolah terhadap kinerja keselamatan dari pengoperasian bus sekolah di Kota Malang.2) Untuk mengetahui model pemilihan moda oleh siswa antara sepeda motor dan bus sekolah di Kota Malang Terdapat dua Analisis pada kajian ini, analisis pertama untuk mengetahui persepsi siswa SMA setingkat dan stakeholder sekolah terhadap kinerja keselamatan dengan beroperasinya bus sekolah di Kota Malang dengan Metode Studi Persepsi. Analisis kedua untuk mengetahui model pemilihan moda oleh siswa antara sepeda motor dan bus sekolah di Kota Malang menggunakan metode Stated Preference (SP). Jumlah responden siswa pada analisis studi persepsi dan analisis dengan metode Stated Preference berjumlah 167 responden. Sedangkan responden stakeholder sekolah pada analisis studi persepsi berjumlah 106 responden. Survei direncakan pada seluruh SMA-SMK negeri di Kota Malang yang dilalui oleh Bus Sekolah. Namun, hanya bisa terealisasikan pada SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 6, SMAN 8, serta SMKN 10 Kota Malang akibat adanya kendala waktu dan perizinan. Survei dilakukan dengan metode selective sampling pada siswa yang dilakukan pada jam yang sudah diizinkan oleh pihak sekolah pada satu kelas tiap sekolah. Sedangkan, survei pada responden stakeholder sekolah dibagikan secara acak di ruang guru. Setelah dilakukan survei dan analisis data, didapatkan lebih dari 70% siswa sudah mengerti akan tingginya risiko kecelakaan mengemudi tanpa kepemilikan SIM, namun lebih 40% siswa tidak setuju apabila dilarang mengendarai kendaraan ke sekolah tanpa kepemilikan SIM. persepsi siswa tentang kinerja keselamatan bus sekolah di Kota Malang yaitu lebih dari 80% siswa setuju bahwa bus sekolah adalah solusi untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas pada siswa. Namun, kurang dari 20% siswa yang setuju dengan peraturan yang mewajibkan siswa untuk menggunakan bus sekolah. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bus sekolah yang belum mampu menggantikan fungsi sepeda motor yang merupakan sarana transportasi fleksibel bagi siswa. Persepsi stakeholder sekolah terhadap keselamatan lalu lintas sangat baik. Hanya sedikit stakeholder sekolah yang tidak setuju akan adanya keterkaitan kepemilikan SIM dengan kesiapan pengemudi mengendarai kendaraan. Sedangkan, model pemilihan moda oleh siswa antara sepeda motor dan bus sekolah, yaitu (US–UB)=2,012 + 0,482 (X1) pada atribut frekuensi perjalanan, (US–UB)=0,261 – 0,007 (X2) pada atribut jarak pemberhentian bus sekolah dari tempat tinggal, (US–UB)=1,267 – 0,046 (X3) pada atribut waktu tempuh perjalanan.