Penentuan Kebijakan Persediaan Produk Plastik Dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory Menggunakan (s,S) Model (Studi Kasus PT Flamboyan Jaya Malang
Daftar Isi:
- PT Flamboyan Jaya merupakan salah satu perusahaan yang terletak di Karangploso, Malang. Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis tas plastik kemasan rumah tangga dengan berbagai macam ukuran dan warna. PT. Flamboyan Jaya bekerjasama dengan 5 distributor untuk mengirimkan produk. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini yaitu pada saat pemesanan bahan baku. Adanya ketidakpastian pasokan bahan baku yang dikirim oleh supplier menyebabkan persediaan bahan baku di gudang sering terjadi kondisi overstock maupun outstock sehingga mengakibatkan terjadinya unhealthy stock. Dari sisi hilir supply chain, terdapat masalah yaitu perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan distributor yang mengakibatkan service level perusahaan rendah. Penyebab ketidakmampuan perusahaan memenuhi permintaan distributor ini karena kurangnya koordinasi dan komunikasi terkait permintaan distributor dan juga dikarenakan adanya ketidakpastian pasokan bahan baku dari supplier. Dalam penelitian ini, dilakukan studi untuk menyelesaikan permasalahan PT Flamboyan Jaya dalam menentukan kebijakan persediaan (Produk N24 dan N15) dengan menggunakan metode Vendor Managed Inventory. VMI merupakan suatu model dimana pembeli tidak memutuskan apa, kapan, dan berapa yang akan dipesan, melainkan hanya memberikan informasi permintaan dari pelanggan mereka persediaan yang tersisa, dan informasi lain yang bisa mempengaruhi penjualan dimasa yang akan datang. Pengolahan data yang dilakukan pertama kali adalah menghitung total cost inventory dan service level kebijakan existing. Input awal yang digunakan dalam simulasi kebijakan VMI adalah data hasil peramalan, ROP, nilai maksimum, lead time, ordering cost, holding cost, dan stok awal. Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi Monte Carlo. Setelah didapatkan data permintaan hasil peramalan, dilakukan perhitungan input awal yaitu nilai ROP (s) dan nilai maksimum (S).Lalu, langkah selanjutnya adalah running simulasi kebijakan VMI. Dari hasil simulasi kebijakan VMI didapatkan ordering cost, holding cost, total cost inventory, dan service level. Pada simulasi model pengelolaan VMI pendekatan model (s,S) akan menghasilkan nilai (s, S) untuk tiap produk dan bahan baku produk N24 dan N15. Selain itu model ini akan berdampak pada perubahan alur replenishment sehingga menyebabkan perubahan pada biaya yang dikeluarkan dan service level yang dihasilkan. Untuk itu dibandingkan total biaya dan service level antara sistem kebijakan existing dan kebijakan VMI. Hasil dari penelitian ini adalah output simulasi kebijakan VMI berupa rentang nilai ROP dan nilai maksimum yang dapat digunakan sebagai kebijakan persediaan. Untuk produk N24 gudang perusahaan didapat rentang nilai ROP dan nilai maksimum berturut-turut sebesar 2822,96 – 3923,17 dan 2989,75 – 4107,12. Untuk produk N15 gudang perusahaan didapatkan rentang nilai ROP dan nilai maksimum berturut-turut sebesar 2092,08 – 2737,68 dan 2243,52 – 2897,42. Selain itu output dari perbandingan hasil simulasi kebijakan VMI dengan kebijakan existing adalah terjadinya penurunan total cost inventory dan peningkatan service level di gudang perusahaan serta peningkatan total cost inventory di gudang distributor diimbangi dengan peningkatan pada service level gudang distributor. Secara keseluruhan pada kedua produk terjadi penurunan pada total cost supply chain perusahaan.