Daftar Isi:
  • Pertumbuhan lansia di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat dikarenakan Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia yang juga meningkat, menyebabkan jumlah Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) yang ada menjadi tidak sebanding dengan jumlah lansia yang ada di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang telah memasuki era penduduk berstruktur tua dengan jumlah lansia 7,23 % dari jumlah penduduk di Provinsi NTB, namun hanya terdapat 2 PSTW di Provinsi NTB yaitu PSTW Puspakarma di Kota Mataram untuk mewakili Pulau Lombok dan PSTW Meci Awi di Kota Bima untuk mewakili Pulau Sumbawa, dimana kedua PSTW tersebut hanya bisa menampung ±100 orang. Keadaan PSTW tersebut merupakan milik pemerintah, namun kondisinya bisa dikatakan ‘kurang’, hal ini dikarenakan belum adanya standar pemerintah yang bisa mengatur tentang PSTW secara spesifik. Padahal penurunan fungsi gerak yang dialami lansia membuat lansia memerlukan bantuan oranglain dan juga memerlukan setting ruang yang nyaman untuk memudahkan lansia beraktivitas. Penurunan fungsi gerak yang dialami lansia membuat lansia perlu untuk mempertahankan kualitas hidupnya, dimana dicapai dengan kemudahan lansia dalam beraktivitas di dalam ruang. Kemudahan dalam aktivitas dipengaruhi oleh elemen ruang dalam yaitu sirkulasi yang memadai dan mudah dipahami serta tata letak perabot yang mendukung lansia dalam beraktivitas. Kedua elemen tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku lansia di dalam ruang, pada elemen sirkulasi hal ini bisa dilihat pada perilaku lansia saat melakukan pencapaian dari satu ruang ke ruang lainnya, konfigurasi jalur yang terbentuk dari perilaku lansia saat melakukan lansia dan perilaku lansia saat melewati bentu sirkulasi tertentu, serta pada elemen tata letak perabot hal ini bisa dilihat pada perilaku lansia terhadap posisi perletakan perabot, perilaku lansia terhadap jenis perabot dan perilaku lansia terhadap dimensi perabot yang ada pada ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perilaku lansia pada ruang dalam di PSTW Puspakarma Mataram khususnya pada aspek sirkulasi dan tata letak perabot. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi (behavioural mapping) dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola perilaku lansia di dalam ruang secara tidak langsung dipengaruhi oleh setting fisik ruang yang ada. Hal ini terlihat dari tata letak perabot di dalam ruang yang ada membentuk jalur sirkulasi dimana jalur sirkulasi tersebut bisa menjadi hambatan atau menjadi bantuan bagi lansia, karena tata letak perabot yang ada bisa digunakan lansia sebagai handrail dan juga tata letak perabot bisa menjadi pembatas ruang untuk memenuhi kebutuhan teritori lansia di dalam ruang sehingga mencapai kenyamanan.