Daftar Isi:
  • Industri wiring harness menggunakan tenaga manusia dalam melakukan proses produksinya. Namun, operator memiliki batas-batas tertentu dalam pekerjaannya sehingga apabila pekerja membentuk postur yang salah dapat menyebabkan musculoskeletal disorder. Menurut pengamatan di PT. Jatim Autocomp Indonesia terdapat tiga pekerjaan yang diindikasi menyebabkan cedera otot dan pegal yaitu job torque, job grommet, dan job offline. Terlebih lagi masalah tersebut didukung dengan keluhan dari kebanyakan pekerja menggunakan discomfort survey. Survey menunjukkan bahwa kebanyakan operator mengeluhkan sakit pada bagian leher dan bahu pada skala 5 dari 10, tetapi ada juga operator yang mengeluhkan sakit pada bagian betis dan kaki yang berada pada skala 8 dan 9 dari 10 namun hanya pada beberapa operator. Berdasarkan masalah tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui action level dengan Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) dan memberikan rekomendasi perbaikan guna mengatasi masalah musculoskeletal disorder. Indikasi musculoskeletal disorder diidentifikasi menggunakan metode WERA. Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi tugas dari setiap pekerjaan yang diamati tugas apa saja yang dilakukan pada setiap pekerjaan. Setelah itu, postur dari bagian tubuh yang dibentuk di setiap tugas pada setiap pekerjaan diberi sudut untuk analisis dengan WERA. Terdapat 9 faktor risiko fisik yang dinilai yaitu bahu, pergelangan tangan, leher, kaki, beban yang diangkat, vibrasi, stress kontak, dan durasi kerja. Setiap faktor risiko fisik memiliki nilainya masing-masing kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai akhir. Kemudian, nilai akhir WERA menjadi penentu untuk mendapatkan hasil dari penilaian WERA apakah perlu perbaikan atau tidak. Hasil penilaian WERA didapatkan bahwa job torque, gromet, dan offline membutuhkan investigasi lebih lanjut dan perbaikan dengan nilai 31.23, 28.87, dan 30.9. Berdasarkan hasil tersebut nilai dari ketiga job tidak berbeda terlalu jauh sehingga dilakukan analisis pada faktor risiko fisik untuk mencari kesamaan. Didapatkan bahwa faktor kaki dan durasi kerja memiliki nilai tertinggi dari ketiga job, tetapi faktor ini tidak dapat dianalisis karena durasi kerja yang tidak dapat diubah. Namun, masih terdapat faktor yang dapat dianalisis seperti stress kontak, faktor ini memiliki skor >4 pada job torque dan offline disebabkan karena tidak menggunakan sarung tangn pada saat bekerja. Kemudian, ada juga faktor seperti bahu dan leher dengan nilai antara 3-4 pada setiap pekerjaan disebabkan oleh postur bahu dan leher itu sendiri. Dalam upaya perbaikan, rekomendasi yang diberikan berupa pemberian APD untuk mengurangi nilai pada contact stress, memberikan desain stasiun kerja job torque yang baru, serta menambahkan alat bantu untuk mengatasi masalah sakit lainnya.