Daftar Isi:
  • PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu badan usaha milik Negara yang bergerak dibidang industri pupuk yang berlokasi di kabupaten Gresik. Studi kasus pada penelitian ini di PT Petrokimia Gresik Departemen Distribusi Wilayah 1. PT Petrokimia Gresik Departemen Distribusi Wilayah 1 memiliki fasilitas distribution centre di Semarang Jawa Tengah sebagai gudang lini 2. Pada distribution centre Semarang mendistribusikan pupuk ZA dibagi menjadi 3 regional tetapi pada penelitian ini fokus pada regional 1 yang berjumlah 11 gudang karena permintaan pupuk ZA yang tinggi dan menjadi regional yang diprioritaskan. Perusahaan menerapkan metode direct shipment untuk mendistribusikan pupuk ZA ke gudang penyangga sehingga berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang dikeluarkan adalah biaya bahan bakar, gaji sopir, kernet dan uang makan. Pada metode direct shipment membutuhkan truk yang banyak karena 1 truk hanya mengunjungi 1 gudang. Sistem pelaporan biaya di distribution centre Semarang menggunakan metode tradisional yang memiliki beberapa kelemahan diantaranya seperti tidak akuratnya dalam pelaporan dan kemungkinan terjadinya distorsi biaya. Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi distribusi dan memberikan alternatif sistem pelaporan kepada perusahaan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode saving matrix yang digunakan untuk menentukan rute dengan cara menentukan matriks jarak, matriks penghematan, pengalokasian gudang ke kendaraan, dan pengurutan gudang tujuan. Setelah mendapatkan rute baru lalu dilakukan pengurutan rute berdasarkan prosedur farthest insert dan nearest insert untuk mencari total jarak distribusi yang minimal. Selanjutnya adalah analisis costing menggunakan activity based costing (ABC) di distribution centre. Pada metode ini dilakukan pengumpulan semua biaya berdasarkan aktivitas di distribution centre mulai dari pemindahan pupuk ZA curah sampai pupuk ZA siap didistribusikan. Dalam perhitungan ABC terdapat 4 aktivitas utama yaitu stevedoring, delivery operation, aktivitas-aktivitas gudang, dan distribusi regional 1 Jawa Tengah. Setelah didapatkan hasil total biaya tiap aktivitas utama lalu dibandingkan dengan pelaporan biaya existing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terbentuk 5 rute baru untuk distribusi 11 gudang penyangga regional 1 Jawa Tengah yang dapat memperpendek jarak tempuh sebesar 1177 km atau sebesar 48,73 %, waktu tempuh dapat dipercepat selama 22,38 jam atau penurunan sebesar 48,73%, hanya membutuhkan 5 unit truk, dan biaya transportasi turun sebesar Rp 6.500.550,00 atau sebesar 50,93%. Sedangkan metode ABC terdapat selisih lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional yaitu pada aktivitas stevedoring sebesar Rp 2.301.950,00, delivery operation sebesar Rp 778.110,00, aktivitas-aktivitas gudang sebesar Rp 7.869.597,00, dan distribusi regional 1 Jawa Tengah sebesar Rp 32.502.750,00. Maka metode ABC lebih menguntungkan daripada metode tradisional yang diterapkan oleh perusahaan.