Kajian Unjuk Kerja Kelistrikan Arester Porselen dan Arester Polimer pada Sistem Tegangan 20 kV
Main Author: | Fauzy, MuhammadIqbalBayhaqi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/143997/1/Makalah_Skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/143997/ |
Daftar Isi:
- Arester merupakan peralatan proteksi tegangan lebih terhadap surja petir. Sebagai alat proteksi, arester akan memotong tegangan lebih sebelum sampai pada peralatan listrik. Sehingga tegangan lebih yang masuk dalam peralatan masih di bawah BIL (Basic Insulation Level) peralatan listrik yang diamankan. Sebelumnya, PLN masih memakai arester porselen. Namun dengan perkembangan teknologi, arester polimer mulai digunakan. Alasan penggunaan arester polimer ditinjau dari proses pembuatan arester porselen yang memerlukan pembakaran dengan temperatur tinggi. Hal ini menyebabkan pemborosan energi dan menghasilkan polusi bagi lingkungan hidup. Dengan digunakannya arester polimer diharapkan dapat mengatasi masalah efisiensi energi dan masalah polusi bagi lingkungan hidup. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti kinerja arester porselen dan polimer ditinjau dari arus bocornya serta mengetahui bagaimana sifat permukaan kedua jenis arester. Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Rangkaian yang digunakan untuk pengujian arus bocor dengan tegangan tinggi bolak-balik, hal ini lebih dikarenakan untuk merepresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan dimana tegangan sistem yang digunakan pada saluran distribusi di Indonesia adalah menggunakan tegangan bolak-balik. Tegangan kerja yang dikenakan dinaikan secara bertahap. Pada setiap tahap tegangan kerja yang dikenakan diukur aus bocornya. Pada pengujian arester dalam kondisi kering, nilai arus bocor yang terukur pada arester polimer lebih tinggi daripada nilai arus bocor pada arester polimer. Tercatat nilai arus bocor pada arester polimer pada pengujian dengan tegangan uji 5 kV sebesar 6.3 μA. Sedangkan untuk nilai arus bocor pada arester porselen nilai tegangan uji yang sama tercatat sebesar 40.5 μA. Untuk pengujian arester dalam kondisi basah, arester diuji menggunakan tegangan 5 kV-20 kV dengan berbagai tingkat pembasahan. Tingkat pembasahan yang digunakan adalah 2,75 – 4,02 liter/menit. Dalam kondisi basah, pada nilai tegangan uji dan tingkat pembasahan yang sama, nilai arus bocor yang tercatat pada microampermeter sebesar 6070 μA untuk arester porselen dan 38.38 μA untuk arester polimer. Meningkatnya nilai arus bocor pada arester porselen dikarenakan menurunnya nilai resistansi pada permukaan arester. Hal ini disebabkan sifat dari permukaan kedua arester berbeda. Pada pengujian sudut kontak kedua arester, diketahui bahwa arester porselen memiliki sudut kontak sebesar 24.529°. Sedangkan untuk arester polimer sudut kontaknya adalah 109.891°.. Kesimpulan yang dapat diambil dari skripsi ini adalah penggunan arester polimer lebih baik daripada arester porselen. Hal ini disebabkan karena material polimer lebih bersifat hidrofobik. Sedangkan arester porselen lebih bersifat hidrofilik yang berarti bahwa permukaan arester polimer mudah dibasahi oleh air. Permukaan yang basah menyebabkan turunnya resistansi permukaan arester