Daftar Isi:
  • Keadaan alam yang berada di Kawasan Pariwisata Batu Ampar berdasarkan hasil Balai besar Meteorlogi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III, Denpasar tahun 2010. Kawasan Pariwisata Batu Ampar memiliki suhu udara sebersar 280c, kelembapan udara 78%, curah hujan 2023 mm, dan kecepatan angin 7-12 knot. Dalam Wonorahardjo (2009) sistem pengendalian termal bangunan merupakan upaya untuk konservasi energi dengan cara pengendalian kalor yang masuk pada ruangan, efesiensi sistem pendinginan, dan pengendalian beban pendinginan Kelembaban udara yang tinggi pada Kawasan Batu Ampar memerlukan sistem sirkulasi udara yang baik sehingga ruangan tidak panas dan lembab. Sistem ventilasi alami yang optimal diterapkan sebagai elemen penangkap angin dan pelepas angin pada bangunan resort Batu Ampar. Dengan adanya penerapan sistem ventilasi silang dengan penerapan ragam hias diharapkan mampu menyelesaikan masalah kenyaman termal dan dapat memenuhi persyaratan yang diwajibkan dari peraturan daerah Bali. Pada bangunan Resort Batu Ampar Bali, kenyamanan termal akan tercapai apabila sistem penghawaan alami dapat berjalan dengan baik melalui sirkulasi udara yang lancar. Salah satu elemen penting dari sistem ventilasi silang adalah rasio dari bukaan atau lubang dari ventilasi tersebut. Strategi penyusunan Resort Batu Ampar Bali pada tahap awal adalah dengan penentuan pola penyusunan tata masa yang disesuaikan dengan lokalitas arsitektur Bali dan keadaan eksisting sesuai dengan arah datangnya angin. Setelah itu menentukan posisi inlet serta outlet dengan parameter posisi dan besar rasio bukaan yang berasal dari bentuk pola ragam hias karang sae. Penentuan karang sae disesuaikan dengan ciri dan indentitas dari arsitektur Bali