Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Terhadap Sistem Kegiatan Perikanan Masyarakat Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo
Daftar Isi:
- Dampak Bencana Merupakan Suatu Gejala Atau Fenomena Akibat Adanya Peristiwa Tertentu Yang Merugikan Masyarakat Baik Dari Segi Mental Maupun Finansial Serta Lingkungan. Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Yang Terjadi Di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Tidak Hanya Merugikan Kecamatan Porong Yang Terkena Dampak Langsung Akibat Semburan Lumpur Sidoarjo, Namun Bencana Lumpur Sidoarjo Juga Berdampak Pada Kecamatan Lain Di Kabupaten Sidoarjo Yang Berbatasan Langsung Dengan Kecamatan Porong. Salah Satunya Ialah Kecamatan Jabon Yang Memiliki Potensi Sangat Besar Pada Sektor Perikanan Dan Juga Dilalui Oleh Sungai Porong Tempat Pihak Lapindo Melakukan Pembuangan Lumpur Sidoarjo. Adanya Pembuangan Lumpur Sidoarjo Ke Sungai Porong Merupakan Awal Penyebab Terjadinya Dampak Bencana Tersebut Pada Sektor Perikanan Di Kecamatan Jabon. Pengairan Tambak Yang Ada Di Kecamatan Jabon Menggunakan Air Yang Berasal Dari Sungai Porong, Sehingga Secara Langsung Tambak-Tambak Yang Ada Di Kecamatan Jabon Tercemar Oleh Lumpur Sidoarjo. Berbagai Dampak Dirasakan Oleh Masyarakat Yang Bekerja Di Sektor Perikanan Diantaranya Ialah Terjadinya Penurunan Hasil Produksi Perikanan. Sehingga, Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengidentifikasi Sistem Kegiatan Perikanan Masyarakat Sebelum Dan Setelah Bencana Lumpur Sidoarjo, Serta Mengetahui Strategi Dalam Mengatasi Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Pada Sistem Kegiatan Perikanan Masyarakat Kecamatan Jabon. Penelitian Ini Menggunakan Analisis Before After Untuk Mengidentifikasi Kondisi Sebelum Dan Setelah Bencana Dengan Metode Analisis Statistik Deskriptif Pada Beberapa Sub Variabel. Selanjutnya Menggunakan Analisis Akar Masalah Untuk Mengkaitkan Setiap Permasalahan Yang Telah Ditemukan Dan Menentukan Tujuan Utama Dalam Penyelesaian Masalah Menggunakan Analisis Akar Tujuan. Analisis Penentuan Prioritas Kriteria Sistem Kegiatan Perikanan Untuk Menentukan Tujuan Utama Dalam Menentukan Strategi Untuk Mengatasi Dampak Dengan Metode Ahp (Analytic Hierarchy Process) Berdasarkan Presepsi Stakeholder. Variabel Yang Digunakan Dalam Penelitian Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Pada Sistem Kegiatan Perikanan Ialah Menggunakan Variabel Dalam Sistem Kegiatan Perikanan Yaitu Sub Sistem Input, Sub Sistem Proses, Sub Sistem Output Dan Sub Sistem Penunjang. Pada Sub Sistem Input Terdapat Sub Variabel Biaya/Modal, Tenaga Kerja, Bibit, Pupuk Dan Peralatan. Pada Sub Sistem Proses Akan Mengidentifikasi Lahan/Tambak. Pada Sub Sistem Output Akan Mengidentifikasi Pendapatan, Hasil Produksi Dan Kesempatan Kerja. Serta Dalam Sub Sistem Penunjang Akan Mengidentifikasi Pelatihan Dan Transportasi. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Berdasarkan Analisis Before After Terjadi Perubahan Pada Setiap Sub Variabel. Berdasarkan Hasil Perhitungan Gabungan Keempat Variabel, Desa Yang Memiliki Nilai Perubahan Terbesar Ialah Desa Kedungpandan Dengan Nilai 20 (Dari Total Maksimal 26), Sedangkan Yang Memiliki Nilai Perubahan Terendah Ialah Desa Tambak Kalisogo Dengan Nilai 13 (Dari Total Maksimal 26). Jika Dilihat Nilai Perubahan Secara Keseluruhan, Kecamatan Jabon Memiliki Nilai Perubahan Sebesar 69 Dari Nilai Total Maksimal 106, Artinya Berdasarkan Klasifikasi Nilai Total Tersebut Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Pada Sektor Perikanan Di Kecamatan Jabon Dikategorikan Sebagai Sedang. Hasil Ahp (Analytic Hierarchy Process) Didapatkan Kriteria Yang Memiliki Nilai Tertinggi Ialah Kriteria Sub Sistem Proses Nilai Priority Vector (Pv) Sebesar 0,391. Tujuan Utama Pada Sub Sistem Proses Ialah Peningkatan Kualitas Sdm Petani Tambak Mengenai Adaptasi Dalam Sistem Produksi Tambak Setelah Terjadinya Bencana Lumpur Sidoarjo. Sehingga Strategi Yang Ditetapkan Pada Sub Sistem Proses Ialah Mengembangkan Program-Program Yang Bertujuan Untuk Meningkatkan Keterampilan Masyarakat, Mengembangkan Progran Pelatihan Teknis Kepada Para Petani Dalam Pengolahan Tambak Setelah Bencana Lumpur Sidoarjo, Mengembangkan Program Untuk Memperlancar Para Petani Tambak Dalam Hal Kebutuhan Keuangan Untuk Modal Dan Peralatan Serta Pengembangan Adaptasi Teknologi Kepada Petani Tambak.