Ruang Pembentuk Aktivitas pada Koridor Kampung Kota Menteng Jakarta Pusat
Main Author: | Ulum, SitiMiftahul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/143287/1/BAB_3_edit.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/2/BAB_1.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/3/BAB_4.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/4/BAB_5.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/5/BAB_2.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/5/COVER%2C_DAFTAR_ISI%2C_GAMBAR%2C_TABEL%2C_DLL.pdf http://repository.ub.ac.id/143287/ |
Daftar Isi:
- Jumlah penduduk yang terus bertambah di DKI Jakarta menjadikan ibu kota negara ini mengalami dampak negatif kependudukan. Permasalahan pada pemukiman perkotaan yang biasa muncul adalah ketersediaan hunian layak huni yang semakin terbatas. Kondisi masyarakat dengan kearifan lokal yang masih kental dalam sistem kekerabatan yang didukung oleh bentuk pemukiman kampung kota memunculkan banyaknya interaksi dan aktivitas sosial yang terbentuk. Keterbatasan ruang pada kampung kota menimbulkan penumpukan fungsi koridor atau gang sebagai ruang sirkulasi yang ditumpuk dengan fungsi-fungsi lain dalam ruang yang sama (multy layer functions). Kondisi pemukiman kampung Menteng yang sangat padat, mengakibatan koridor gang di lingkungan pemukiman menjadi sarana milik publik yang masih tersisa untuk melakukan aktivitas di ruang luar. Program penataan kampung kota oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya terbatas pada penataan lingkungan fisik dan kurang memperhatikan unsur perilaku masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Kebutuhan masyarakat akan ruang fisik sebagai wadah ruang aktivitas yang terbentuk oleh adanya kebutuhan interaksi antar masyarakat, seharusnya dapat menjadi pertimbangan khusus dalam penataan kembali kampung kota. Oleh karena itu perlu adaya kajian mengenai karakter fisik koridor kampung kota dan ruang pembentuk aktivitas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam program penataan kampung kota. Kajian ini didasari oleh teori seting aktivitas yang mencakup aktivitas dan pelaku, lingkungan pendukung, kesesuaian antara aktivitas dan lingkungan, serta waktu spesifik terjadinya aktivitas (Barker dalam Lang, 1987). Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik riset observasi natural (Haryadi, et al. 1995), dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Hasil yang didapat pada kajian ini menunjukkan bahwa Koridor gang II kampung Menteng memiliki intensitas aktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari lima jenis aktivitas interaksional yang teramati ditemui di sepanjang koridor gang di sepanjang harinya. Ruang aktivitas yang terbangun pada koridor gang II merupakan ruang yang dinamis jika dilihat dari variabel waktu, pelaku, dan seting aktivitasnya.