Penjadwalan Produksi Pada Lingkungan Flexible Job Shop Problem (FJSP) Untuk Meminimasi Total Tardiness (Studi Kasus di Divisi PPIP PT. Barata Indonesia (Persero) Gresik)
Daftar Isi:
- Sistem produksi di PT. Barata Indonesia (Persero) Gresik berupa Make to Order yang memproduksi berbagai produk konstruksi. Divisi Produksi Peralatan Industri Proses (PPIP) mempunyai permasalahan berupa belum adanya metode penjadwalan yang memprioritaskan waktu datang dan waktu pemenuhan due date dari masing-masing order . Selama ini dalam menjadwalkan job yang akan dikerjakan, perusahaan lebih memprioritaskan kepada nominal kontrak job yang bersangkutan. Job dengan nilai kontrak terbesar mendapat prioritas urutan dijadwalkan lebih utama dibandingkan job lainnya. Penerapan prioritas ini mengakibatkan terjadinya keterlambatan dan mengharuskan perusahaan membayar penalti kepada pihak pemesan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memberikan usulan metode penjadwalan yang disesuaikan dengan sistem yang terjadi di lantai produksi untuk meminimasi nilai total tardiness dan nilai penaltinya. Job yang akan dijadwalkan adalah order kuali timah dan laddle pada bulan Januari hingga Maret 2014. Penelitian ini menggunakan beberapa metode penjadwalan yang terbagi menjadi dua tahap pengerjaan. Tahap pertama yaitu penentuan jadwal inisiasi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) dan First Come First Serve (FCFS). Kemudian membandingkan hasil jadwal dari kedua metode ini dan memilih yang terbaik berdasarkan nilai tardiness dan penalti yang paling minimum. Tahap kedua yaitu mengolah jadwal terpilih lebih lanjut dengan menggunakan Algoritma Tabu Search dimana di setiap iterasi menggunakan konsep Pairwise Heuristic Interchange . Jadwal yang terpilih berdasarkan algoritma Tabu Search ini merupakan hasil akhir yang dapat diusulkan untuk diterapkan di lantai produksi perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data tahap pertama, penelitian ini mengusulkan untuk memprioritaskan jadwal dengan urutan 1-2-3. Prioritas pengurutan jadwal ini membutuhkan waktu produksi dari job 1 hingga job 3 selama 87,3 jam; 156 jam; dan 218,6 jam, atau setara dengan 11 hari, 20 hari dan 28 hari. Ketiga job ini tidak mengalami tardiness karena masing-masing dapat diselesaikan 9 hari, 12 hari dan 14 hari lebih cepat dari due date -nya. Job yang tidak terlambat juga tidak akan menyebabkan biaya penalti. Selanjutnya, pengolahan pada tahap kedua menghasilkan beberapa usulan terhadap urutan jadwal yang bisa diterapkan yaitu 2-1-3, 3-2-1, dan 1-3-2. Ketiga jadwal ini memiliki hasil yang sama dengan jadwal urutan 1-2-3 yang tidak memiliki nilai tardiness dan penalti. Sehingga pada penelitian ini dapat menunjukkan bahwa metode yang diusulkan dapat membantu perusahaan untuk mengatasi masalah tardiness dan pembayaran penalti yang sering dilakukan oleh perusahaan.