Konsep Pengembangan Industri Kecil Menengah Batik Jetis Di Kabupaten Sidoarjo (Wilayah Studi: Desa Jetis, Kelurahan Lemahputro)
Main Author: | Abdurrahman, Hajar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 1900
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/142995/1/Konsep_Pengembangan_Industri_Kecil_dan_Menengah_Batik_Jetis_.pdf http://repository.ub.ac.id/142995/ |
Daftar Isi:
- Kesenian batik merupakan salah satu karya seni budaya yang diwariskan leluhur dari generasi ke generasi yang sampai saat ini masih ada. Corak batik menyimpan nilai, simbol dan adaptasi masyarakat di daerahnya, oleh karena itu, adanya perbedaan tersebut menjadikan ungkapan karya batik masyarakat satu berbeda dengan masyarakat lainnya. Keberagaman corak batik menjadi sebuah mozaik budaya yang unik dan khas yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 2009 Kebudayaan Batik Indonesia secara resmi diakui sebagai warisan dunia oleh United Nation Education Scientifis and Cultural Organization (UNESCO) di Abu Dhabi. Batik khas Kabupaten Sidoarjo adalah batik jetis yang berkembang menjadi daerah penghasil kerajinan batik yang dikenal dengan nama “Kampung Batik Jetis, Sidoarjo”. Sebagian besar dari penduduk di Desa Jetis Kelurahan Lemahputro khususnya kaum perempuan bekerja sebagai pengrajin, pengusaha atau pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Pada tanggal 3 Mei 2008, Bupati Sidoarjo, Bapak Win Hendrarso meresmikan “Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo” sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sidoarjo. Akan tetapi lemahnya kelembagaan batik jetis menyebabkan kurangnya kerjasama antar pengusaha batik maupun dengan pihak luar sehingga industri batik jetis kekurangan modal usaha, tenaga kerja. Selain itu, penjualan produk batik jetis semakin menurun. Hal tersebut dirasakan oleh 67% pengusaha batik jetis, terutama industri kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja industri, menyelidiki faktor-faktor dalam pengembangan industri, dan merumuskan konsep pengembangan industri batik jetis di Kabupaten Sidoarjo. Metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja industri adalah metode kualitatif analisis karakteristik industri, analisis break event point (BEP) dan analisis kriteria industri berdasarkan tinjauan kebijakan. Analisis karakteristik industri ditinjau berdasarkan kriteria bahan baku, modal, tenaga kerja, peralatan, produk, pemasaran, kelembagaan, sarana prasarana penunjang, dan kebijakan pemerintah. Analisis break event point (BEP) dengan cara menghitung biaya investasi peralatan dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Analisis kriteria industri berdasarkan tinjauan kebijakan disesuaikan dengan standar UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dalam pengembangan industri adalah metode kuantitatif analisis faktor. Selanjutnya metode kuantitatif analisis SWOT dan IFAS-EFAS dan dan analisis akar masalah untuk menentukan konsep pengembangan industri kecil menengah Batik Jetis di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis untuk kinerja industri batik jetis ditinjau berdasarkan karakteristik industri, pada industri kecil tidak terdapat kriteria kinerja yang dianggap baik; terdapat 2 kriteria kinerja yang dianggap sedang, yaitu produk dan kelembagaan; dan 8 kriteria kinerja yang dianggap buruk, yaitu cara mendapatkan bahan baku, cara mendapatkan modal, nilai modal, upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, cara pemasaran, jangkauan pemasaran, dan frekuensi pemasaran. Sedangkan untuk industri menengah terdapat 8 kriteria kinerja yang dianggap baik, yaitu cara mendapatkan modal, besar upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, cara mendapatkan peralatan, produk, cara pemasaran, dan jangkauan pemasaran, frekuensi pemasaran; 2 kriteria kinerja yang dianggap sedang, yaitu produk dan kelembagaan dan tidak memiliki kriteria kinerja yang dianggap buruk. Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat 6 faktor dalam pengembangan industri kecil menengah batik jetis, yakni: faktor 1 terdiri dari kriteria asal modal dan nilai modal; faktor 2 terdiri dari kriteria asal bahan baku, cara mendapatkan bahan baku dan peralatan; faktor 3, terdiri dari kriteria sarana prasarana penunjan; faktor 4 terdiri dari kriteria asal tenaga kerja, upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja,desain produk, jangkauan pemasaran, dan persaingan usaha; faktor 5, terdiri dari kriteria kebijakan pemerintah, dan faktor 6, terdiri dari kriteria kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan IFAS-EFAS berada pada posisi kuadran II-C, yaitu Aggresive Maintenance Strategy dengan konsep pengembangan industri batik jetis adalah memperbaiki kendala industri berupa kurangnya modal usaha, tenaga kerja, dan jumlah produksi serta lemahnya kelembagaan batik jetis dengan mengoptimalkan peluang sarana prasarana penunjang industri yaitu sarana perdagangan, prasarana jalan,listrik, dan air bersih yang baik serta dukungan kebijakan pemerintah.