Daftar Isi:
  • Pertumbuhan moda transportasi udara nasional dewasa ini sangat signifikan. Hal ini dapat disadari oleh antusiasme masyarakat terhadap perusahaan penerbangan dalam mengembangkan rute-rute penerbangan baik Domestik maupun Internasional. Menurut Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, berdasarkan data statistik pada tahun 2009 dan 2010 menunjukan, "Jumlah penumpang angkutan udara niaga berjadwal Domestik meningkat sebesar 17,12% hingga 18,19%. Sedangkan, jumlah penumpang angkutan udara niaga berjadwal Internasional meningkat sebesar 21,98% hingga 32,19%". Peningkatan permintaan akan jasa ini melatar belakangi perusahaan-perusahaan penerbangan dalam meningkatkan jumlah armada pesawat terbang guna memenuhi kebutuhan dalam mengekspansi rute-rute penerbangannya. Tidak hanya itu, perusahaan penerbangan berbasis ekonomis atau Low-Cost Carrier (LCC) sudah mulai merebak dan bermunculan. Dari peningkatan-peningkatan tersebut, menyebabkan meningkatnya pula sektor perawatan dan pemeliharaan terhadap armada-armada pesawat terbang milik perusahaan penerbangan, yang dimana, fasilitas perawatan dan pemeliharaan merupakan pengeluaran terbesar ketiga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan setelah bahan bakar dan tenaga kerja. Bangunan hanggar maintenance merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk mewadahi kegiatan perawatan dan pemeliharaan pesawat terbang. Di Indonesia terdapat tiga perusahaan penerbangan yang mengoperasikan fasilitas ini, diantaranya yaitu, PT. Garuda Indonesia dengan hanggar Garuda Maintenance Facillity -nya, PT. Merpati Airlines dengan hanggar Merpati Maintenance Facility (MMF), dan PT. Pelita Air Service (PAS) dengan hanggar maintenance -nya yang terletak di lapangan terbang pondok cabe. Saat ini, bangunan hanggar maintenance PT. PAS melayani fasilitas tersebut untuk perusahaan penerbangan domestik saja. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang cukup signifikan dalam mendukung fasilitas tersebut diantaranya adalah permasalahan pada kapasitas daya tampung pesawat terbang di dalam ruang hanggar, fasilitas perawatan dan pemeliharaan yang sudah tidak mumpuni, dan terakhir bangunan yang sudah tua dan tidak tepat guna dikarenakan bangunan hanggar sudah berdiri semenjak 1984. Metodologi yang digunakan untuk perancangan ulang bangunan hanggar maintenance ini adalah evaluatif desain, dimana informasi kondisi eksisting bangunan dikumpulkan, dianlaisa, dan digunakan sebagai dasar dari perancangan ini.