Pengukuran Performansi Supply Chain Berbasis Lima Proses Inti Supply Chain Operations Reference (Scor) Dengan Pendekatan Analytic Network Process (ANP) (Studi Kasus: PT Sang Hyang Seri – Persero, Cab
Daftar Isi:
- PT Sang Hyang Seri (Persero) atau PT SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia. Perusahaan ini melakukan pengolahan terhadap gabah kering panen (GKP) menjadi benih bersertifikat. Pada aktivitas supply chain mulai dari petani sebagai supplier sampai kepada konsumen akhir, masih ada beberapa permasalahan yang terjadi. Pada kegiatan pemasaran, terkait dengan aktivitas supply chain yang berjalan selama ini, PT SHS mengalami permasalahan dengan tidak tercapainya target penjualan yang direncanakan. Pada aktivitas penerimaan bahan baku dari supplier, jumlah GKP yang diterima tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu, PT SHS juga sering kali mendapatkan komplain dari pelanggan. Di sisi lain, PT SHS belum pernah melakukan pengukuran performansi supply chain. Supply chain sangatlah penting untuk diperhatikan dimana setiap aktivitasnya merupakan suatu proses yang sangat berpengaruh terhadap performansi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran performansi supply chain untuk mengetahui titik terlemah kinerja PT SHS pada konsep manajemen rantai pasok. Model pengukuran performansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR). SCOR membagi proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu: Plan, Source, Make, Deliver, dan Return, dimana kelima proses inti ini saling terintegrasi mulai dari supplier sampai ke konsumen akhir. Selanjutnya, pengukuran performansi dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analytic Network Process (ANP) untuk memperoleh nilai skala prioritas dari setiap Key Performance Indicator (KPI). ANP mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada. Dalam melakukan scoring system digunakan metode Objective Matrix (OMAX) sedangkan untuk mengkategorikan hasil pencapaian performansi digunakan Traffic Light System (TLS). Pada penelitian ini diperoleh sebanyak 36 KPI yang terdiri dari 5 KPI Perspektif Plan, 11 KPI Perspektif Source, 9 KPI Perspektif Make, 8 KPI Perspektif Deliver, dan 3 KPI Perspektif Return. Dari hasil perhitungan menggunakan OMAX dan TLS, sebanyak 27 KPI termasuk dalam kategori hijau, 7 KPI termasuk dalam kategori kuning, dan 2 KPI termasuk dalam kategori merah. Hasil pengukuran perfomansi supply chain secara keseluruhan diperoleh nilai total indeks performansi sebesar 7,884. Nilai tersebut termasuk dalam kategori kuning yang menunjukkan bahwa performansi belum mencapai target baik yang diharapkan. Dari hasil evaluasi terhadap KPI yang pencapaiannya masih termasuk dalam kategori merah dan kuning diperoleh sebanyak 9 akar permasalahan tidak tercapainya performansi. Dalam penelitian ini juga diberikan beberapa rekomendasi perbaikan dari setiap akar permasalahan sebagai upaya untuk meningkatkan performansi supply chain perusahaan.