Daftar Isi:
  • Perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi yang semakin pesat, membuat persaingan dalam dunia industri. Total Quality Management merupakan jawaban atas kebutuhan diatas. Total Quality Management (TQM) adalah filosofi manajemen yang didorong oleh kebutuhan dan harapan pelanggan yang berfokus pada perbaikan terus-menerus dalam proses kerja. PT Boma Bisma Indra (Persero) merupakan perusahaan perseroan terbatas milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang industri strategis. Permasalahan pada PT Boma Bisma Indra adalah pembengkakan biaya reenginering dan precommand untuk cacat produk, yang mengakibatkan PT Boma Bisma Indra (PERSERO) membutuhkan pendanaan lebih untuk meningkatkan kemampuan produksinya. Sedangkan sekitar 60% komponen produksi masih impor, yang mengakibatkan ROI PT Boma Bisma Indra jauh diangka normal. Permasalahan pada tidak maksimalnya implementasi Total Quality Management ini terindikasi pada budaya kualitas organisasi yang tertanam pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM), yaitu metode analisis multivariat yang merupakan suatu teknik statistik yang dipakai untuk menguji serangkaian hubungan antara beberapa variabel yang terbentuk dari variabel faktor atau variabel terobservasi. Melalui metode ini, pengaruh dari kebudayaan kualitas organisasi terhadap keberhasilan implementasi Total Quality Management dapat diketahui tingkat pengaruhnya. Metode ini juga aka memberikan petunjuk mengenai indikator budaya kualitas yang tidak terdapat pada perusahaan, untuk diberikan usulan perbaikan. Berdasarkan analisis Structural Equation Modelling , menunjukkan bahwa permasalahan PT Boma Bisma Indra atas tidak optimalnya implementasi Total Quality Management, disebabkan oleh budaya kualitas organisasi. Terdapat 6 indikator yang yang telah mendukung budaya kualitas PT Boma Bisma Indra yaitu indikator filosofi, keyakinan, norma, nilai, tradisi serta harapan. Sedangkan, untuk ke 2 indikator tidak mendukung. Sehingga, rekomendasi perbaikan pada indikator sikap adalah quality culture circle (QCC), membentuk Employee Sugestion System (ESS), melakukan customer satisfaction secara berkala, serta penerapan pokayoke. Pada indikator kedua yaitu prosedur, perusahaan diharapkan menerapkan Training Need Analysis (TNA) untuk memberikan pendidikan dan pelatihan secara terstruktur.