Daftar Isi:
  • Gudang merupakan salah satu aspek penting yang dimiliki perusahaan dan berfungsi sebagai tempat menyimpan barang sementara. Aktivitas di dalam gudang di antaranya adalah aktivitas material handling. Ongkos material handling merupakan salah satu faktor penyumbang biaya yang cukup besar dari total biaya suatu pabrik. Salah satu usaha untuk mengurangi biaya tersebut diantaranya melalui perbaikan tata letak penempatan barang. Tata letak yang baik adalah tata letak yang memiliki aksesibilitas baik dan jarak pemindahan minimum, sehingga akan dapat mengurangi biaya material handling. Pada saat ini, penempatan material di gudang material PT. Filtrona Indonesia belum memperhatikan frekuensi perpindahan sehingga untuk material yang bersifat fast moving harus menempuh perjalanan yang jauh untuk penyimpanan dan pengambilannya. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perbaikan tata letak penempatan material yang memperhatikan frekuensi perpindahan dan aksesibilitasnya. Kebijakan penyimpanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan penyimpanan berdasarkan kelas (class based storage). Pengelompokan didasarkan pada prinsip popularity, yaitu berdasarkan frekuensi perpindahan dari masing-masing material. Tahapan penelitian dilakukan dengan menghitung utilitas gudang pada layout awal, frekuensi perpindahan, jumlah tempat penyimpanan, jarak perpindahan dan ongkos material handling. Pada kondisi awal diperoleh jarak perpindahan sepanjang 2.399.688,8 meter dan ongkos material handling sebesar Rp 66.670.217,688 per tahun. Perbaikan dimulai dengan mengurutkan material berdasarkan frekuensi perpindahan dan membentuk menjadi tiga kelas, yaitu kelas A, B dan C. Untuk melakukan perancangan tata letak, dilakukan penentuan luas penyimpanan kemudian membuat dua alternatif layout sebagai perbandingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan frekuensi perpindahan, material dikelompokkan ke dalam tiga kelas. Kelas A: acetate tow dan plug wrap, kelas B: inner wrap dan packaging, dan kelas C: triacetine, yarn, tela dan plastic. Alternatif layout B terpilih sebagai layout baru karena mampu menurunkan jarak perpindahan 52,94% dari 2.399.688,8 meter per tahun pada layout awal menjadi 1.129.364,16 meter dan menurunkan ongkos material handling sebesar 30,81% dari Rp 66.670.217,688 menjadi Rp 46.132.329,202 pada layout usulan.