Kemudahan Gerak Aktivitas Pada Ruang Terapi Okupasi ADL (Activities of Daily Living) Stroke

Main Author: Niqren, ZaqrineLuthea
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/142013/1/2_SKRIPSI_ZAQRINE_0910650017-65.pdf
http://repository.ub.ac.id/142013/
Daftar Isi:
  • Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan kedua terbanyak di dunia. Dari jumlah pasien stroke yang selamat, sepertiganya mengalami cacat fisik ringan sampai sedang dan memerlukan bantuan orang lain untuk beraktifitas. Terapi okupasi ADL (Activities of Daily Living) merupakan upaya rehabilitasi bagi pasien agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Menurut Dokter DjokoWitjaksono Sp. KFR RS Syaiful Anwar, hanya pasien stroke serangan ulang dengan kecacatan parah di kaki yang diperkenankan menggunakan kursi roda. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa pasien tetap membutuhkan alat bantu seperti tongkat jalan dengan 4 kaki untuk membantunya berjalan (Djoko, 2013). Perancangan ruang terapi okupasi ADL harus mempertimbangkan kondisi pasien dengan keterbatasan motorik dan kebutuhan pengguna ruang. Selain itu, perancangan ruang terapi harus mempermudah pergerakan pasien dan terapis sehingga proses terapi dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. Analisa pertama dilakukan terhadap aktivitas umum terapi okupasi ADL yang dibagi berdasarkan subjek pelaku, yaitu pasien, terapis, serta perawat/petugas ahli/staff. Kemudian, dilakukan analisa terhadap kegiatan aktivitas terapi okupasi ADL pada ruang terapi kamar tidur, kamar mandi, dapur dan ruang makan secara umum. Selanjutnya dianalisa mengenai jumlah pelaku terapi okupasi ADL dan analisa kebutuhan ruang. Analisa tersebut dilakukan dengan mengacu pada jumlah pengunjung Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Syaiful Anwar di Kota Malang karena objek kajian berada di kota Malang. Analisa selanjutnya adalah analisa pelaku, aktivitas, macam ruang dan perabot. Analisa pelaku, aktivitas, macam ruang dan perabot bertujuan untuk mengetahui besaran ruang yang diperlukan untuk menunjang kemudahan gerak bagi pasien dengan keterbatasan fisik. Selanjutnya, gerak pasien dan terapis dianalisa untuk menentukan luasan minimal area sirkulasi dan perabot yang terlibat berdasarkan standar antropometri masyarakat Indonesia. Hasil analisa gerak pasien dan terapis digunakan untuk menganalisa dimensi ruang gerak aktivitas. Analisa dimensi ruang gerak dan aktivitas bertujuan untuk memperoleh luas minimal dari ruang yang dibutuhkan saat melakukan proses terapi. Obyek analisa adalah seorang pasien yang berinteraksi dengan minimal sebuah perabot. Analisa tata ruang dan bentuk merupakan tahap selanjutnya yang terbagi menjadi dua, yaitu analisa mikro dan meso. Analisa mikro menghasilkan alternatif-alternatif penataan perabot berdasarkan analisa ruang gerak aktivitas pada masing-masing ruangan terpi okupasi ADL. Sedangkan analisa meso merupakan analisa lanjutan dari alternatif terpilih yang kemudian ditata pada sebuah kesatuan unit terapi okupasi ADL. Dari hasil analisa-analisa tersebut diperoleh hasil analisa terpilih yang nantinya akan dikembangkan menjadi desain pada tahap eksplorasi. Konsep perancangan yang dibahas berkaitan dengan fokus kajian, yaitu kemudahan gerak aktivitas bagi pasien stroke. Konsep perancangan membahas mengenai tata letak perabot pada masing-masing unit terapi okupasi, tata letak ruang terapi pada unit terapi okupasi ADL, tata letak unit terapi okupasi ADL di Instalasi Rehabilitasi Medik, serta tata massa Instalasi Rehabilitasi Medik pada tapak terpilih. Tahap selanjutnya adalah Eksplorasi desain, yaitu perencanaan desain dari hasil analisa terpilih. Pada tahapan ini, konsep perancangan berupa tatanan perabot serta ruang yang telah dihasilkan dijadikan landasan atau pedoman dalam melakukan proses perancangan interior Unit Terapi Okupasi ADL. Hasil akhir studi berupa tatanan ruang yang dianggap paling tepat dan mendukung proses terapi secara optimal bagi pasien stroke kanan maupun kiri.