Daftar Isi:
  • Dissimilar metal welding merupakan salah satu metode pengelasan yang bertujuan untuk memanfaatkan karakteristik dari dua jenis baja dalam satu fungsi guna mendapatkan kerja maksimal dari sebuah konstruksi. Metode pengelasan ini sering diaplikasikan pada pembuatan kereta api dimana pada bagian rangka kereta digunakan baja karbon rendah untuk mendapatkan sifat yang ulet serta penggunaan baja tahan karat pada bagian dinding gerbong guna mendapatkan kekuatan dan sifat ketahanannya terhadap korosi. Untuk mendapatkan kekuatan maksimal dari kedua jenis material tersebut maka dibutuhkan sambungan las yang baik, dan salah satu usahanya adalah dengan menentukan kuat arus pengelasan serta memilih sudut kampuh yang sesuai. Ini dikarenakan kuat arus pengelasan dan sudut kampuh sangat mempengaruhi besarnya masukan panas yang nantinya menentukan luasnya daerah HAZ (Heat Affected Zone) yang selanjutnya akan mempengaruhi kekuatan dari hasil lasan. Dalam penelitian ini, material yang digunakan adalah baja karbon rendah St 37 dan baja tahan karat SUS 304 dengan ketebalan masing-masing 10 mm. Jenis las yang digunakan adalah las TIG dengan variasi kuat arus 100 A, 120 A dan 140 A, sedangkan untuk kampuh dipilih model single vee dengan variasi sudut 450, 600 dan 750. Gas pelindung yang digunakan adalah Argon dengan laju gas 0,5 liter/menit dan jenis logam pengisi (filler metal) yang digunakan adalah filler metal stainless steel tipe ER 308 L dengan diameter 2,4 mm. Hasil lasan kemudian dibentuk menjadi spesimen tarik dengan standar ASTM A370. Pengujian tarik dilakukan pada masing-masing variasi kuat arus dan sudut kampuh dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh setelah pengujian tarik adalah beban ultimate dari masing-masing spesimen dan kemudian dilakukan perhitungan kekuatan tariknya. Untuk mendukung hasil dan pembahasan dari pengujian tarik, dilakukan foto mikrostruktur pada spesimen hasil lasan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa semakin besar kuat arus pengelasan dan sudut kampuh yang digunakan, kekuatan tariknya cenderung menurun. Untuk kekuatan tarik rata-rata terbesar dimiliki oleh spesimen dengan kuat ars pengelasan 100 A dan sudut kampuh 450 yaitu sebesar 460,93 N/mm2. Sedangkan untuk kekuatan tarik rata-rata terkecil dimiliki oleh spesimen dengan kuat arus pengelasan 140 A dan sudut kampuh 750, yaitu sebesar 420,53 N/mm2.