Analisis Kinerja Pasar Kentang Di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Main Author: | Dessy, Vetty Seily Kurnia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/14089/1/VETTY%20SEILY%20KURNIA%20DESSY.pdf http://repository.ub.ac.id/14089/ |
Daftar Isi:
- Kentang merupakan sumber karbohidrat yang memiliki potensi untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2017), rata-rata pertumbuhan konsumsi kentang sebesar 11,85% tidak sebanding dengan rata-rata pertumbuhan produksi kentang yang hanya sebesar 2,92%. Upaya peningkatan produksi kentang di daerah sentra terus dilakukan untuk dapat mencukupi kebutuhan konsumsi. Adanya perantara antara produsen dan konsumen kentang, maka penelitian analisis kinerja pasar kentang di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu penting dilakukan untuk melihat kontribusi yang dilakukan pihak-pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran yang akan berpengaruh pada kinerja pasar kentang. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait dalam pemasaran kentang dapat memperoleh keuntungan yang merata dan pemasaran kentang lebih efisien. Penelitian mengenai kinerja pasar kentang bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran dan Total Gross Marketing Margin, tingkat keuntungan, dan Marketing Efficiency Index kentang pada masing-masing saluran pemasaran di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu sentra kentang di Jawa Timur. Penentuan responden produsen kentang dilakukan dengan metode stratified random sampling dengan jumlah 41 petani kentang, sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling dengan jumlah 7 tengkulak, 5 pengepul, 6 pedagang besar, dan 13 pengecer. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk menganalisis Total Gross Marketing Margin, menganalisis tingkat keuntungan, dan menganalisis Marketing Efficiency Index. Total Gross Marketing Margin paling tinggi (21,08%) pada saluran pemasaran III (lokal) dengan share produsen terendah (78,92%). Pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran III (lokal) antara lain petani produsen, tengkulak, pedagang besar dan pengecer. Oleh karena itu, saluran pemasaran III memiliki kinerja pasar yang paling buruk diantara saluran pemasaran lainnya. Pada saluran pemasaran VI (lokal), memiliki Total Gross Marketing Margin yang paling rendah (9,83%) dengan share Produsen tertinggi (90,17%). Pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran tersebut antara lain, petani produsen dan pengepul. Hal ini menunjukkan kinerja pasar paling baik dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Sementara itu, berdasarkan analisis Total Gross Marketing Margin pada saluran pemasaran luar pulau,, Total Gross Marketing Margin yang paling rendah (9,44%) pada saluran pemasaran IV dengan share produsen tertinggi (90,56%). Hal ini menunjukkan kinerja pasar paling baik dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran tersebut antara lain, petani dan pedagang besar. Selanjutnya, Total Gross Marketing Margin paling tinggi (20,53%) yaitu pada saluran pemasaran V dengan share produsen terendahii (79,47%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa saluran pemasaran V memiliki kinerja pasar yang paling buruk dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Pihak yang terlibat dalam pemasaran V yaitu petani produsen, tengkulak, dan pedagang besar. Berdasarkan rasio keuntungan dan biaya, saluran pemasaran III (lokal) memiliki kinerja yang baik karena memiliki rasio produsen 1,02, tengkulak, 0,92, pedagang besar 1,28, dan pengecer 1,21. Pada saluran pemasaran VII (lokal) memiliki rasio produsen 1,05 dan pedagang besar 6,77 yang mengindikasikan kinerja pasar buruk. Sementara itu, saluran pemasaran III (luar pulau) memiliki rasio keuntungan dan biaya ditingkat produsen sebesar 1,04, ditingkat pengepul sebesar 1,00. Saluran pemasaran ini memiliki rasio yang paling proporsional diantara saluran pemasaran lainnya. Dapat dikatakan saluran pemasaran III (luar pulau) memiliki kinerja pasar paling baik. Lain halnya, pada saluran pemasaran V (luar pulau) rasio ditingkat produsen senilai 1,02, ditingkat tengkulak senilai 1,25. Kemudian rasio ditingkat pengepul sebesar 5,64. Rasio keuntungan dan biaya yang tidak proporsional menunjukkan bahwa kinerja pasar pada saluran pemasaran V (luar pulau) tidak baik. Berdasarkan nilai Marketing Efficiency Index, nilai yang paling besar pada saluran pemasaran lokal adalah saluran pemasaran VI sebesar 5,59. Saluran pemasaran VI merupakan saluran pemasaran yang memiliki kinerja pasar paling baik. Marjin pemasaran yang paling tinggi ditemukan pada saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp 1.970,00/Kg dengan nilai Marketing efficiency Index paling rendah sebesar 3,00 yang menunjukkan kinerja pasar paling buruk. Nilai Marketing Efficiency Index yang paling besar pada saluran pemasaran luar pulau adalah saluran pemasaran IV (luar pulau) dengan nilai 7,16. Hal tersebut menunjukkan, saluran pemasaran IV (luar pulau) merupakan saluran pemasaran yang memiliki kinerja pasar paling baik. Adapun nilai Marketing Efficiency Index terendah yaitu pada saluran pemasaran V (luar pulau) sebesar 3,34 yang memiliki nilai marjin tertinggi diantara saluran pemasaran luar pulau lainnya. Hal tersebut menunjukkan marjin pemasaran yang tinggi mencerminkan tingkat kinerja pasar yang lebih rendah diantara saluran pemasaran lain. Berdasarkan analisis kinerja pasar kentang di Desa Sumberbrantas dari tiga indikator dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar baik. Hal ini dikarenakan penilaian dengan indikator Total Gross Marketing Margin memiliki kinerja pasar buruk, sedangkan sebagian besar saluran pemasaran memiliki nilai K/B produsen proporsional dengan K/B lembaga pemasaran dan nilai perhitungan Marketing Efficiency Index lebih dari 1 sehingga memiliki kinerja pasar baik. Dengan demikian disarankan saluran pemasaran VI lokal dan saluran pemasaran IV luar pulau dapat dijadikan alternatif dalam mendistribusikan kentang, sementara untuk Dinas Pertanian dan Pemerintah Kota Batu perlu menyediakan fasilitas sebagai wadah antara gabungan kelompok tani setempa