Pengaruh Albedo Pada Berbagai Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola

Main Author: Trimakno, Lolo Wahyu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/14012/1/LOLO%20WAHYU%20TRIMAKNO.pdf
http://repository.ub.ac.id/14012/
Daftar Isi:
  • Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman umbi yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat atau alternatif bahan pangan di Indonesia. Produksi nasional tanaman kentang untuk tahun 2017 mencapai 1.164.738 ton/tahun (BPS, 2016). Dibandingkan dengan tanaman umbi lainnya, tanaman kentang cukup menonjol dalam kandungan gizinya. Oleh karena itu, permintaan kentang selalu meningkat setiap tahunnya. Budidaya tanaman kentang di Indonesia yang merupakan daerah tropis biasa dilakukan di dataran tinggi dengan ketinggian diatas 1.200 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi di Indonesia memiliki intensitas matahari yang rendah, dimana lamanya penyinaran matahari kurang dari 12 jam. Permasalahan yang sering terjadi ialah ketidakmampuan tanaman kentang untuk memanfaatkan intensitas matahari yang rendah. Di daerah subtropis, tanaman kentang mendapatkan lama penyinaran 16 jam, sedangkan di daerah tropis, tanaman kentang maksimal mendapatkan lama penyinaran hanya 12 jam. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu usaha modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa. Kemampuan mulsa dalam meneruskan, menyerap dan memantulkan gelombang panjang atau cahaya matahari dapat menjadi solusi. Cahaya yang diteruskan dan diserap dapat menjaga suhu dan kelembaban tanah agar tetap optimal, sedangkan cahaya yang dipantulkan atau albedo dapat mengenai tanaman di atasnya dan mempengaruhi proses fotosintesis pada bagian bawah daun. Hal tersebut dapat terjadi karena selain berada diatas permukaan daun, klorofil juga berada dibawah permukaan daun walau dengan jumlah yang lebih sedikit. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh albedo pada mulsa terhadap tanaman kentang. Penggunaan berbagai macam mulsa pada tanaman kentang memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil produksi umbi kentang varietas granola. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2018 di Desa Sumber Brantas, Kota Batu. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 7 perlakuan. 7 Perlakuan tersebut antara lain, kontrol, yaitu penanaman kentang tanpa mulsa (A1), mulsa plastik hitam (A2), mulsa plastik hitam perak A (A3), mulsa plastik hitam perak B (A4), mulsa plastik hitam perak C (A5), mulsa plastik perak (A6) dan mulsa jerami (A7). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga didapati 28 petak percobaan. Setiap petak percobaan terdapat 68 tanaman, sehingga total tanaman yang ditanam sebanyak 1.904 tanaman. Adapun parameter yang diamati yaitu, luas daun (cm2), laju pertumbuhan tanaman (g), kadar klorofil daun, bobot segar umbi per tanaman (kg), jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi berdasarkan klasifikasi dan bobot segar umbi panen m-2 serta pengamatan cahaya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam menggunakan uji F dengan taraf 5%. Apabila didapatkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.ii Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan yang sama pada pengamatan luas daun, laju pertumbuhan tanaman dan kandungan klorofil, dimana perlakuan mulsa plastik perak (MPP) relatif menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, diikuti oleh perlakuan ketiga mulsa plastik hitam perak (MPHP A. MPHP B, MPHP C). Perlakuan kontrol atau tanpa pemulsaan memberikan hasil yang relatif lebih rendah di setiap pengamatan pertumbuhan tanaman, diikuti dengan perlakuan mulsa plastik hitam (MPH) dan mulsa jerami. Pada pengamatan hasil, perlakuan MPP mampu meningkatkan hasil produksi umbi panen 32,4% lebih besar dibandingkan dengan perlakuan MPHP C, 48,6% lebih besar dibandingan perlakuan mulsa jerami, bahkan 82,7% lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Perlakuan MPHP A, B, C dan mulsa jerami memberikan hasil yang relatif sama, yakni sekitar 4,56 kg m-2 – 5,12 kg m-2. Cahaya pantul (albedo) tertinggi terdapat pada perlakuan mulsa plastik perak yakni 45,14%, diikuti oleh ketiga perlakuan mulsa plastik hitam perak yakni 18,43 – 20,34%, mulsa plastik hitam dengan 14,68%, mulsa jerami dengan 11,88% dan perlakuan kontrol hanya 9,46%.