Potensi Hasil 14 Klon Harapan Tebu (Saccharum Spp. Hybrid) Di Pasuruan Dan Malang

Main Author: Inayah, Agustin Dwi Latiifatul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13981/1/AGUSTIN%20DWI%20LATIIFATUL%20INAYAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/13981/
Daftar Isi:
  • Tebu merupakan salah satu komoditas penting dalam perekonomian Indonesia. Jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan total konsumsi gula Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tanjungsari, 2014). Badan Pusat Statistik (2016) mencatat bahwa produksi gula Indonesia pada tahun 2015 menurun 1,57% dibanding tahun 2014 menjadi 2,53 juta ton, dengan luas areal perkebunan tebu yang juga mengalami penurunan 3,57% menjadi 455,82 ribu hektar. Usaha untuk mengatasi produktivitas tebu dan rendemen tebu yang rendah dapat dilakukan dengan merakit varietas tebu unggul baru yang memiliki rendemen tinggi. Kesuksesan perakitan varietas baru bergantung pada kemampuan adaptasi varietas tersebut pada kondisi lingkungan yang berbeda (Arain, Panhwar, Gujar, Chohan, Rajput, Soomro dan Junejo, 2011). Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penampilan fase generatif dan potensi hasil 14 klon harapan tebu di Pasuruan dan Malang. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan penampilan fase generatif dan potensi hasil 14 klon harapan di Pasuruan dan Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 hingga Januari 2018 bertempat di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) kota Pasuruan dan desa Sempalwadak, kecamatan Bululawang, kabupaten Malang. Alat yang diperlukan selama penelitian antara lain meteran 300 cm, jangka sorong, alat penghitung manual, label, timbangan, tali rafia, sabit, mesin penggiling tebu, kertas saring, gelas ukur, pipet tetes, ember, gelas, corong, termometer, refraktometer dan saccharomat, sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu 16 klon tebu yang terdiri dari 14 klon harapan dan 2 varietas pembanding yaitu Kidang Kencana dan Bululawang, larutan penjernih berupa larutan form A dan form B, dan air es. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu 14 klon harapan dan 2 varietas pembanding dengan 3 kali ulangan. Variabel pengamatan terdiri dari variabel pengamatan fase generatif dan variabel pengamatan produksi. Variabel pengamatan fase generatif dilakukan saat tanaman berumur 9 bulan meliputi jumlah batang (batang m-1 juring-1), tinggi batang (cm), diameter batang (mm), jumlah sogolan (sogolan m-1 juring-1), dan persentase kerobohan (%). Variabel pengamatan produksi dilakukan saat tanaman berumur 12 bulan meliputi produktivitas tebu (ton ha-1), rendemen (%), dan produksi hablur (ton-1 ha-1). Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji F (5%) pada masingmasing lokasi dan apabila terdapat pengaruh genotip yang nyata dilanjutkan dengan uji Dunnet pada taraf 5% untuk membandingkan klon harapan dengan varietas pembanding. Analisis korelasi pada masing-masing lokasi dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh genotip nyata di dua lokasi terdapat pada karakter jumlah batang, tinggi batang, persentase kerobohan, dan kandungan rendemen. Pengaruh genotip yang nyata menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik pada karakter-karakter tersebut sehingga mempengaruhiii perbedaan penampilan klon yang diuji. Klon PS 05-553, PS 05-489, PS 09-1531 dan PSJT 97-153 di lokasi Pasuruan serta klon PS 05-553, PS 05-489, PS 06-119, PS 06-166, PS 05-530, PS 09-1531, PS 09-1532, PS 09-1527, PS 09-1528, PSJT 97-153, PSJT 97-55, PSJT 95-684, dan PSJT 94-41 di lokasi Malang menunjukkan penampilan fase generatif yang sama atau lebih baik dari varietas pembanding KK dan BL. Klon PS 05-553, PS 05-489, PS 06-119, PS 06-166, PS 05-530, PS 09- 1532, PS 09-1528, PSJT 97-153, dan PSJT 95-684 di lokasi Pasuruan dan klon PS 05-553, PS 05-489, PS 06-166, PS 09-1532, PSJT 97-153, PSJT 97-55, PSJT 95- 684 dan PSJT 94-60 di lokasi Malang memiliki potensi hasil yang sama dengan dua varietas pembanding. Analisis korelasi menunjukkan bahwa produktivitas tebu di dua lokasi berkorelasi positif nyata dengan jumlah batang, rendemen di lokasi Pasuruan berkorelasi negatif nyata dengan tinggi batang dan jumlah sogolan, serta produksi hablur di dua lokasi berkorelasi positif sangat nyata dengan produktivitas tebu dan kandungan rendemen.