Usahatani Padi Hibrida Dan Upaya Peningkatan Pendapatan Petani (Kasus Di Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang)

Main Author: Susilowati, Eny
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13929/1/ENY%20SUSILOWATI.pdf
http://repository.ub.ac.id/13929/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini didasari oleh banyaknya masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani terutama petani padi karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Data Kementerian Pertanian tahun 2015 menunjukkan produksi padi di Indonesia mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 2,90% pada periode 2004-2015. Tingkat produksi padi tahun 2015 adalah yang tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya dengan pencapaian produksi sebesar 74,99 juta ton GKG. Keberhasilan pencapaian kenaikan produksi padi tidak terlepas dari pengaruh adanya kebijakan pemerintah tentang upaya khusus (UPSUS) percepatan swasembada dan peningkatan produksi komoditas strategis dari program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Malang dengan luas wilayah keseluruhan 5070,14 ha. Kecamatan Pagelaran memiliki lahan pertanian berupa sawah yang cukup luas dibandingkan kecamatan lainnya sehingga sebagian besar penduduknya berpenghasilan utama di bidang pertanian yaitu petani padi. Berdasarkan luas lahan tersebut Kecamatan Pagelaran terpilih sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang mendapatkan bantuan berupa benih padi unggul hibrida dari program P2BN tahun 2011 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras nasional dan peningkatan kesejahteraan petani. Bantuan tersebut diharapkan dapat membawa dampak pada peningkatan produksi padi di Kecamatan Pagelaran. Data dari Dinas Pertanian Kepanjen tahun 2016 menunjukkan adanya penurunan tingkat produksi padi di Kecamatan Pagelaran sebesar 3.760 ton yang diakibatkan oleh menurunnya hasil produksi padi di beberapa wilayah cakupan Kecamatan Pagelaran dan salah satunya adalah Desa Kanigoro. Tinggi rendahnya hasil produksi padi akan mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penggunaan faktor produksi yang kurang tepat atau bahkan karena faktor lingkungan. Atas dasar uraian diatas, penting artinya penelitian ini untuk memperoleh masukan dalam upaya peningkatan pendapatan usahatani padi di daerah penelitian. Permasalahan utama pada penelitian ini adalah “ Sejauh mana usahatani padi hibrida dapat meningkatkan pendapatan petani”. Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan pelaksanaan teknis budidaya tanaman padi di daerah penelitian, 2) Membandingkan tingkat pendapatan usahatani padi hibrida dengan padi non hibrida di daerah penelitian, 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi diii daerah penelitian dan 4) Menganalisis pengaruh penggunaan benih padi hibrida terhadap tingkat pendapatan usahatani. Penelitian ini dilakukan di Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Penentuan sampel responden dibagi menjadi 2 kelompok populasi yaitu petani padi hibrida dan non hibrida menggunakan metode Cluster Sampling. Sampel masing-masing populasi ditentukan dengan metode Simple Random Sampling. Besarnya sampel ditentukan dengan rumus parel dan diperoleh total sampel sebanyak 38 petani yang terdiri dari 19 petani padi hibrida dan 19 petani padi non hibrida. Metode pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis yang dipakai untuk menjawab tujuan penelitian meliputi: 1) analisis deskriptif, 2) uji beda rata-rata menggunakan uji-t, 3) analisis fungsi regresi linear berganda dan 4) analisis fungsi regresi linear berganda dengan menambahkan variabel dummy jenis benih padi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan teknis budidaya tanaman padi hibrida masih belum sesuai dengan anjuran. Pelaksanaan yang belum sesuai anjuran yaitu kegiatan pembibitan dan pemupukan dimana penggunaan benih dan dosis pemupukan pada usahatani padi hibrida dan non hibrida (lebih tinggi dari anjuran). Anjuran benih padi hibrida ± 15-25 kg/ha diaplikasikan sebanyak 31 kg/ha. Anjuran benih padi non hibrida 40 kg/ha sedangkan yang digunakan pada penyemaian sebanyak 48 kg/ha. Di daerah penelitian rata-rata tingkat pendapatan usahatani per hektar padi hibrida lebih rendah dibandingkan non hibrida, hal ini diduga karena pada saat penelitian terjadi serangan hama penyakit. Disamping itu, pelaksanaan budidaya tanamnya masih belum baik akibatnya rata-rata pendapatan usahatani per hektar padi hibrida dan non hibrida tidak berbeda. Di daerah penelitian variabel biaya per hektar tenaga kerja, pupuk dan benih berpengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani per hektar. Artinya peningkatan biaya per hektar tenaga kerja, benih dan pupuk mengakibatkna turunnya pendapatan usahatani per hektar. Sedangkan produksi padi per hektar berpengaruh positif. Artinya semakin tinggi produksi padi/ ha mengakibatkan semakin tinggi pula pendapatan usahatani per hektar nya. Penggunaan jenis benih padi hibrida di daerah penelitian tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi per hektar. Hal ini dikarenakan disamping pelaksanaan budidaya yang masih belum baik seperti pada kesimpulan 1, hal tersebut juga diakibatkan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan turunnya produksi padi.. Dari hasil penelitian tersebut, pendapatan petani padi dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi penggunaan benih padi yang terlalu banyak, sesuai anjuran dari penyuluh pertanian atau dinas pertanian setempat dan mengganti pupuk anorganik dengan pupuk organik. Selain itu, perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan variabel yang belum dapat disimpulkan pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dalam analisis hasil pada penelitian ini, dengan cara perhitungan pengaruh variabel dilakukan seperti pada definisi operasional yaitu dengan menghitung biaya per unit faktor produksinya.