Muka Bangunan pada Arsitektur Kolonial Belanda di Kompleks Rumah Dinas Pabrik Gula Wonolangan – Probolinggo

Main Author: AtikaCandraYulia
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/138942/
Daftar Isi:
  • Bangunan kolonial merupakan artefak yang harus dilestarikan keberadaannya terlepas dari permasalahan sejarah kelam masa lalu. Bangunan kolonial merupakan bukti adanya akulturasi budaya yang dibawa oleh pendatang dan pribumi. Bangunan kolonial juga merupakan adaptasi terhadap kondisi eksisting yang berbeda dari domain yang harus dihadapi oleh para pendatang. Penelitian mengenai bangunan kolonial mengambil locus di kawasan Pabrik Gula Wonolangan Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Subjek penelitian pada muka bangunan arsitektur kolonial Belanda di kompleks rumah dinas. Bangunan kolonial di kompleks rumah dinas Pabrik Gula Wonolangan memiliki corak yang khas yang disebabkan oleh kondisi eksisting setempat. Lokasi penelitian merupakan daerah pesisir yang memiliki iklim lokal, yaitu radiasi matahari yang tinggi, curah hujan dan kelembapan yang tinggi, serta angin gending yang bertiup sepanjang bulan Juli-September setiap tahun. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana muka bangunan pada arsitektur kolonial Belanda dan faktor apa yang membentuk muka bangunan pada arsitektur kolonial di kompleks rumah dinas Pabrik Gula Wonolangan. Kajian mengenai muka bangunan kolonial pada perumahan pegawai di Pabrik Gula Wonolangan ini meliputi variabel mengenai geometri bangunan, gaya bangunan, jenis bangunan, dan kondisi bangunan. Dari variabel tersebut maka dapat terlihat faktor membentuk muka bangunan. Analisa data menghasilkan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah. Pertama mengenai muka bangunan. Kedua mengenai faktor yang membentuk muka bangunan. Terdapat tiga gaya bangunan yang dominan dan dua gaya bangunan turut mempengaruhi bangunan. Gaya bangunan dominan berupa indische empire stijl, 1915-an, dan 1930-an yang bercorak de stijl . Gaya bangunan voor 1900 dan romantiek turut mempengaruhi bangunan dan terlihat pada rumah "besaran". Komposisi muka bangunan yang dipengaruhi oleh denah bangunan dibentuk oleh elemen vertikal-horizontal berupa bentukan solid-void. Elemen bangunan ini memiliki proporsi vertikal 2:3, proporsi horizontal 1:1, dan elemen solid-void 3:1. Elemen vernakuler Belanda masih banyak ditemukan. Simbol yang ada pada elemen bangunan ini digunakan sebagai penanda kedudukan penghuni dalam sistem sosialnya. Faktor yang membentuk muka bangunan antara lain budaya, dan iklim. Faktor budaya ini dipengaruhi oleh religi, teknologi, dan sistem sosial (ekonomi dan politik). Faktor iklim dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang ada di lokasi penelitian. Kedua faktor ini mempengaruhi bentukan tiga dimensi bangunan, khususnya terlihat pada muka bangunan.