Efek Pemberian Terapi Salep Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca Var. Sapientum) Terhadap Kesembuhan Luka Yang Diinfeksi Mrsa (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus) Pada Tikus (Rattus Novergicus) Berdasarkan Ekspresi Tgf-Β Dan Jumlah Fibroblast
Main Author: | Pamungkas, Yohanes Surya |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/13876/1/Yohanes%20Surya%20Pamungkas.pdf http://repository.ub.ac.id/13876/ |
Daftar Isi:
- Luka adalah cedera pada tubuh yang mengakibatkan terganggunya struktur pada jaringan kulit. Luka non steril disebabkan oleh infeksi salah satunya infeksi Stapyloccus aureus. Pada luka yang diinfeksi MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus) akan menghambat penyembuhan luka. Kulit pisang raja terdapat kandungan yakni saponin, tannin, alkaloid dan flavonoid. Kandungan flavonoid membantu dalam percepatan pembentukan kolagen, kandungan tannin membantu pembentukan pembuluh darah serta kandungan saponin membantu dalam epitelisasi. Kandungan tannin dan alkaloid juga sebagai antimikroba Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek pemberian terapi salep ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca var sapientum) pada hewan model luka insisi yang diinfeksi MRSA terhadap jumlah fibroblast dan ekspresi TGF-β. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus novergicus) berjumlah 20 ekor yang dibuat menjadi lima kelompok. Lima kelompok tersebut yaitu kontrol positif (diinsisi dan diinfeksi bakteri MRSA sebanyak 0,2 ml dengan dosis 105 CFU/ml), kontrol negatif (tidak diinsisi dan tidak diinfeksi bakteri MRSA sebanyak 0,2 ml), dan kelompok terapi yang dinsisi, diinfeksi bakteri MRSA sebanyak 0,2 ml dan diterapi salep ekstrak kulit pisang raja dua kali sehari dengan dosis bertingkat yaitu terapi 10%, terapi 20% dan terapi 30%. Parameter yang diukur adalah jumlah fibroblast dengan pewarnaan Hematoxylin eosin dan ekspresi TGF-β yang dianalisa menggunakan teknik immunohistokimia. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji one way ANOVA dan uji lanjutan BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Terapi ekstrak kulit pisang raja menunjukan peningkatan terhadap ekspresi TGF-β dan jumlah fibroblast secara signifikan dijaringan kulit tikus yang diinfeksi MRSA dengan konsentrasi terbaik yakni 10 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak kulit pisang raja mampu memberikan efek penyembuhan pada luka insisi.