Daftar Isi:
  • Produktivitas kambing PE sangat beragam, karena tidak adanya sistem perkawinan yang terarah, sehingga penampilan fisik kambing bervariasi. Hal tersebut terjadi karena in breeding, peternak belum memperhatikan kaedah-kaedah pemuliabiakan, sehingga dalam waktu cepat akan terjadi degradasi mutu genetik kambing PE. Kondisi alam Indonesia yang beragam diikuti dengan keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaan lingkungan dapat dilihat dari letak topografi suatu wilayah, mulai dari garis pantai sampai jajaran pegunungan. Semakin rendah suhu udara, maka semakin tinggi letak suatu tempat, jadi semakin rendah tempat dari atas permukaan air laut, maka semakin tinggi suhu udara. Kecepatan pertumbuhan anak kambing PE sebelum disapih pada dataran tinggi lebih baik daripada dataran rendah. Curah hujan yang lebih tinggi dan ketersediaan pakan ternak yang lebih banyak akan mempengaruhi performan kambing PE meliputi bobot lahir, bobot sapih dan litter size. viii Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2016 di Kabupaten Malang. Materi penelitian menggunakan Kambing PE 165 ekor, di Desa Sumberdem dengan ketinggian 500-800 m dpl, dengan jumlah sampel 63 ekor, di Desa Sumberputih dengan ketinggian 525 m dpl, dengan jumlah sampel 48 ekor, di Desa Pagedangan dengan ketinggian 300 m dpl, jumlah sampel 56 ekor. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pemilihan tempat pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, pengambilan data secara acak (random sampling). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot lahir, bobot sapih, tipe kelahiran dan umur induk, data dianalisis mengunakan uji t. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performan kambing PE pada dataran yang berbeda meliputi dataran tinggi, sedang dan rendah. Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi peternak untuk mengoptimalkan pertumbuhan kambing PE sesuai dengan lingkungan. Rata-rata bobot lahir terkoreksi ke jantan, kelahiran tunggal dan umur induk 5 tahun di ketiga dataran yang berbeda memperolah hasil berbeda tidak nyata. Rata-rata bobot sapih terkoreksi 90 hari di ketiga dataran yang berbeda, dataran tinggi dan dataran sedang berbeda nyata (P<0,05) sebesar 19,45 ± 2,00 kg dan 18,78 ± 1,42 kg. Dataran tinggi dan dataran rendah berbeda nyata (P<0,05) sebesar 19,45 ± 2,00 kg dan 18,02 ± 4,76 kg. Dataran sedang dan dataran rendah berbeda nyata (P<0,05) sebesar 18,78 ± 1,42 kg dan 18,02 ± 4,76kg. Hal ini diduga berdasarkan letak topografi yang berbeda berdampak pada pertumbuhan vegetatif hijauan yang tersedia, perbedaan suhu dan kelembaban lingkungan. ix Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bobot lahir kambing PE pada dataran yang berbeda menunjukan bobot sama besar. Bobot sapih pada dataran tinggi menunjukan bobot yang lebih berat. Saran dari penelitian ini Perlu penelitian lebih lanjut performan kambing PE di dataran yang berbeda dengan memperhatikan suhu lingkungan, kelembaan dan curah hujan.