Pengaruh Lama Pemaparan Laserpunktur Dan Penyuntikan PGF2α Terhadap Kualitas Birahi, Persentase Kebuntingan Kambing Peranakan Etawah (PE) Dan Persilangannya
Main Author: | Nurhaningtyas, Dina |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/138199/1/JURNAL_DINA_NURHAYANINGTYAS_pdf.pdf http://repository.ub.ac.id/138199/2/SKRIPSI_DINA.pdf http://repository.ub.ac.id/138199/ |
Daftar Isi:
- Sinkronisasi birahi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya dengan penyuntikan hormon PGF2α, namun kini selain dengan penyuntikan hormon PGF2α penggunaan teknologi laserpunktur banyak telah dilakukan. Teknologi penggunaan laserpunktur merupakan teknik dengan melakukan (induksi) pemaparan laser pada titik-titik akupunktur dengan lama waktu beberapa detik saja dan berbeda pada setiap titiknya. Penggunaan laserpunktur bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi organ reproduksi betina seperti ovarium sehingga dapat digunakan untuk sinkronisasi estrus. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 sampai dengan 08 Mei 2016. Proses pemaparan laserpunktur, injeksi hormon PGF2α, dan deteksi birahi dilakukan di Desa Tawangrejeni, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas estrus kambing Peranakan Etawah (PE) dan persilangannya setelah dilakukan pemaparan laserpunktur selama 10 detik dan 15 detik serta penyuntikan hormon viii PGF2α, serta untuk mengetahui persentase birahi dan persentase kebuntingan yang didapatkan dari hasil perlakuan. Materi penelitian adalah 30 ekor kambing betina PE beserta persilangannya yang berumur 1-1,5 tahun, 2-2,5 tahun, 3-3,5 tahun dan lebih dari 4 tahun dalam keadaan belum birahi. Metode yang digunakan ialah percobaan lapang pada peternakan rakyat yakni percobaan perlakuan induksi laserpunktur serta penyuntikan hormon PGF2α. Pemaparan teknologi laserpunktur dilakukan pada 17 titik akupunktur reproduksi dengan waktu pemaparan 10 detik dan 15 detik pada tiap titik akupunktur dan penyuntikan hormon PGF2α kemudian data hasil penelitian dihitung menggunakan metode percobaan dengan pengelompokkan data berdasarkan umur ternak yang berbeda-beda kemudian dihitung menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang diperoleh juga dianalisis perhitungan rata-rata beserta standart deviasi. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah onset estrus, lama estrus, persentase estrus, dan persentase kebuntingan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada kambing PE dan persilangannya menunjukkan bahwa rataan onset birahi pada perlakuan induksi laserpunktur selama 10 detik (P1) yakni sebesar 98,95±48,35 jam, pada perlakuan induksi laserpunkur 15 detik (P2) menghasilkan rataan 119,92±55,66 jam, dan pada injeksi hormon PGF2α (P3) sebesar 127,64±104,48 jam. Rataan lama birahi pada perlakuan induksi laserpunktur selama 10 detik (P1) yakni sebesar 38,40±6,36 jam, pada perlakuan induksi laserpunkur 15 detik (P2) menghasilkan rataan 34,00±8,72 jam, dan pada injeksi hormon PGF2α (P3) sebesar 40,64±5,57 jam. Persentase birahi dan persentase kebuntingan yang dihasilkan dari P1, P2, dan P3 berturut-turut yakni sebesar 80%, 70%, ix dan 80% serta 87,5%, 85,7%, dan 87,5%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlakuan induksi laserpunktur selama 10 detik, perlakuan induksi laserpunktur selama 15 detik dan injeksi hormon PGF2α tidak memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam mempengaruhi kualitas birahi dan presentase kebuntingan kambing PE dan persilangannya.