Pengaruh Pemberian Pakan TMR (Total Mixed Ration) Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan BK Dan BO Sapi Perah PFH (Peranakan Friesian Holstein)
Daftar Isi:
- Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternak sapi skala kecil atau peternakan rakyat. Peternak sapi perah skala kecil memiliki banyak kendala diantaranya adalah panjangnya jarak beranak dan rendahnya produksi susu. Salah satu penyebab kendala tersebut adalah pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan nutrien. Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik harus diberikan pada ternak agar tujuan pemeliharaan dapat tercapai secara optimal, salah satunya dapat berupa pemberian pakan TMR (Total Mixed Ration). Konsumsi dan kecernaan pakan merupakan parameter penting untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan selama penelitian. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan TMR (Total Mixed Ration) terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) dengan metode in-vivo. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan mulai bulan November 2015 sampai Februari 2016 di peternakan sapi perah Bapak H. Sudarto Dusun Gampingan, Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Analisis kandungan nutrien pakan penelitian dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Jawa Timur dan Laboratorium Cargill Pasuruan, Jawa Timur. x Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan TMR (Total Mixed Ration) yang diberikan pada sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) sedang laktasi terhadap konsumsi dan kecernaan pakan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO). Materi yang digunakan adalah sapi perah PFH sedang laktasi sebanyak 12 ekor, dengan bobot badan rata-rata 400 kg dan sedang berproduksi pada laktasi 4 bulan, 8 bulan dan 10 bulan dengan rincian laktasi 4 bulan sebanyak 4 ekor, laktasi 8 bulan 4 ekor dan 10 bulan sebanyak 4 ekor dan rata-rata periode laktasi 1-3 kali. Pakan yang diberikan berupa pakan TMR (Total Mixed Ration) yang tersusun dari hijauan (H) dan konsentrat yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum), tebon jagung (Zea mays), ampas tahu (AT) (Glycine max Merr), onggok (O) (Manihot esculenta), konsentrat Megalis (KM), konsentrat Lactoplus S (KLS) dan konsentrat Lactoplus G (KLG). Metode yang digunakan adalah percobaan in vivo menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 4 perlakuan pakan dan 3 ulangan. Selanjutnya jika terdapat perbedaan yang nyata dan sangat nyata diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Perlakuan pakan yang diberikan pada penelitian ini dalam bentuk basah dengan porporsi sebagai berikut: P0: Pakan kontrol (H+K) kebiasaan yang ada di peternak (H: 27 kg, AT: 9,9 kg, O: 4,8 kg, KM: 6 kg); P1: Pakan kontrol (H+K) kebiasaan yang ada di peternak dibuat bentuk TMR (H: 40 kg, AT: 9,9 kg, O: 4,8 kg, KM: 6 kg); P2: TMR rekomendasi PT. Cargill (H: 40 kg, KM: 5 kg, KLS: 5 kg); P3: H+K yang dibuat bentuk TMR (H: 40 kg, KLG: 10 kg). Variabel penelitian meliputi konsumsi dan kecernaan pakan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan BK dan BO (P>0,05) dan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kecernaan BK dan BO (P<0,05). Rataan dari keempat xi perlakuan P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut untuk konsumsi BK adalah 149,34 ± 7,25; 166,05 ± 14,02; 148,98 ± 9,30 dan 134,56 ± 8,70 g/kg BB0,75/hari, konsumsi BO adalah 132,29 ± 6,42; 143,07 ± 7,95; 128,00 ± 7,09 dan 116,95 ± 7,60 g/kg BB0,75/hari, kecernaan BK adalah 62,72 ± 1,69; 68,93 ± 10,29; 62,46 ± 3,46 dan 64,52 ± 8,84%, dan kecernaan BO adalah 64,30 ± 1,86; 69,77 ± 9,95; 62,90 ± 3,43 dan 63,93 ± 9,03 %. Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu antara lain sulitnya memperoleh jumlah sampel ternak yang memadai untuk analisis ragam RAK sehingga hasil penelitian ini masih belum bisa mewakili pengaruh perlakuan pakan. Oleh sebab itu, apabila ada permasalahan keterbatasan jumlah sampel ternak pada penelitian yang sama peneliti menyarankan untuk menggunakan analisis Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi dan kecernaan tertinggi pada perlakuan P1. Hal ini disebabkan karena adanya campuran ampas tahu dan onggok dimana terdapat N yang difermentasi dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh mikroba di dalam rumen yang digunakan untuk pertumbuhan secara efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pakan TMR secara otomatis tidak dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan, tetapi hal tersebut ditentukan oleh variasi bahan pakan yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba rumen sebagaimana terbukti pada P1.