Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Dalam Bentuk Enzim Yang Berbeda Sebagai Pengganti Jagung Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging

Main Author: Pratiwi, WindaAyu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/138169/
Daftar Isi:
  • Ayam ras pedaging (Broiler) merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dipelihara untuk diambil dagingnya sebagai penghasil utama dan banyak diminati oleh masyarakat. Pakan unggas umumnya menggunakan jagung yang merupakan sumber energi utama. Akan tetapi ketersediaannya di Indonesia masih terbatas dan bersaing dengan manusia. Bungkil Inti Sawit (BIS) merupakan limbah hasil ekstraksi minyak sawit yang tersedia berlimpah, tidak bersaing dengan manusia, murah dan belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Komposisi nutrisi BIS ini perlu dipertimbangkan pemakaiannya dalam pakan unggas karena sulit dicerna. Alternatif metode untuk mengatasi keterbatasan BIS sebagai pakan unggas salah satunya dengan pemberian enzim mananase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Bungkil Inti Sawit dalam bentuk enzim yang berbeda sebagai pengganti jagung terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian dilaksanakan pada bulan viii Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Universitas Brawijaya yang berlokasi di Jalan Apel, Dusun Semanding, Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 168 ekor DOC (Day Old Chick) pedaging produksi Charoen Pokphand. Tidak dibedakan jenis kelamin (strain Ross) dengan rata-rata bobot badan DOC 40,81 g dan koefisien keragaman 7,22. Kandang yang digunakan terdiri dari 21 unit dengan ukuran (panjang x lebar x tinggi) masing-masing 100x100x65 cm. Setiap kandang diisi dengan 8 ekor DOC, kandang dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan. Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari konsentrat ayam pedaging produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, jagung kuning, bekatul, BIS tanpa penambahan enzim, BIS dengan penambahan enzim cair dan BIS dengan penambahan enzim padat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan dan pada tiap ulangan berisi 8 ekor ayam pedaging. Perlakuan meliputi P0 (Pakan kontrol), P1 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% tanpa enzim), P2 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% tanpa enzim), P3 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% + enzim cair), P4 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% + enzim cair), P5 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% + enzim padat) dan P6 (Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% + enzim padat). Pengumpulan data dilaksanakan pada setiap minggu dan akhir penelitian. Data yang didapat dari hasil lapang kemudian diolah dan dianalisis statistik menggunakan analisis ragam ix (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila ada perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan dan indeks produksi. Tetapi memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC. Rata-rata konsumsi pakan (g/ekor/hari) berturut-turut dari yang tertinggi yaitu P2 (2946,00), P1 (2908,13), P5 (2816,96), P0 (2814,33), P6 (2810,21) dan P4 (2702,75). Rata-rata bobot badan (g/ekor) berturut-turut dari yang tertinggi yaitu P4 (1601,51), P6 (1575,71), P5 (1566,00), P1 (1555,08), P2 (1553,63), P0 (1547,40) dan P3 (1527,29). Rata-rata konversi pakan berturut-turut dari yang terendah yaitu P2 (1,90), P1 (1,87), P0 (1,82), P5 (1,80), P6 (1,78), P3 (1,77) dan P4 (1,69). Rata-rata IOFC berturut-turut dari yang tertinggi yaitu P4 (13773,38), P6 (12800,03), P2 (10778,67), P5 (10674,53), P1 (10263,09), P3 (9877,67) dan P0 (9450,75). Rata-rata indeks produksi berturut-turut dari yang tertinggi yaitu P4 (340,52), P6 (316,05), P5 (311,23), P3 (307,82), P0 (303,87), P1 (297,00) dan P2 (293,63). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan BIS dalam bentuk enzim yang berbeda sebagai pengganti jagung dalam pakan dapat meningkatkan bobot badan, IOFC dan indeks produksi, serta dapat menurunkan konsumsi pakan dan konversi pakan. Perlakuan terbaik yaitu pada penggantian 25% BIS dengan enzim cair dalam pakan. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait BIS sebagai pengganti jagung dengan penggantian minimal 25% yang ditambahkan enzim cair untuk dapat meningkatkan penampilan produksi ternak secara maksimal.