Pengaruh Penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) Dengan Putih Telur Dalam Pengencer Dasar CEP-2 Terhadap Kualitas Semen Kambing Boer Pada Simpan Dingin
Main Author: | Istanty, AyuSulvi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/138119/1/SKRIPSI_AYU.pdf http://repository.ub.ac.id/138119/ |
Daftar Isi:
- Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) guna meningkatkan mutu genetik dan populasi kambing Boer di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh kualitas semen yang digunakan. Penggunnaan semen beku untuk IB memiliki beberapa kekurangan, disamping mahal dan membutuhkan proses yang cukup lama, daya tahan spermatozoa setelah dilakukan pencairan (post thawing) rendah. Alternatif untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menggunakan semen cair dengan pengencer yang mampu mempertahakan kualitas hidup spermatozoa. Pengencer yang dapat mempertakan kualitas hidup spermatozoa salah satunya adalah Caudal Epididymal Plasma (CEP-2) dengan penambahan kuning telur 10 %. Bovine Serum Albumin (BSA) merupakan salah satu kandungan dari CEP-2 yang berfungsi sebagai krioprotektan, namun BSA adalah produk impor dengan harga yang mahal. Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggantian BSA dengan bahan lain yang dapat mempertahankan kualitas semen kambing Boer. Putih telur merupakan protein albumin dengan kandungan asam amino yang tinggi, sehingga penggantian BSA dengan viii putih telur diharapkan mampu mempertahankan semen kambing Boer selama simpan dingin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih telur dalam pengencer dasar CEP-2 terhadap kualitas semen kambing Boer selama pendinginan. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi kalangan akademisi dan unit teknis pelaksana IB dalam membuat pengencer semen yang murah, mudah, dan dapat menjaga keberlangsungan hidup spermatozoa. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan di Laboratorium Sumber Sekar, Dau pada bulan Desember 2016 sampai Januari 2017. Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah semen segar dari tiga pejantan kambing Boer dengan umur 3,5-4,5 tahun yang dipelihara di Laboratorium Sumber Sekar Dau dan dilakukan penampungan semen dengan frekuensi 2 kali / minggu menggunakan metode vagina buatan. Semen segar yang digunakan harus memiliki persyaratan minimal moilitas massa 2+ dan motilitas individu lebih dari 70 %. Kuning telur yang digunakan berasal dari telur ayam ras petelur segar dengan umur kurang dari 3 hari, sedangkan bahan yang digunakan sebagai pengganti BSA adalah albumin yang diambil dari telur ayam ras petelur (layer) dari peternak ayam petelur di Desa Dau, Malang. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen laboratorium yang terdiri dari 2 perlakuan dengan 10 ulangan. P0 : 90 % CEP-2 + 10 % Kuning Telur dan P1 : 90 % CEP-2 (tanpa BSA) + 0,4 % Putih Telur + 10 % Kuning Telur. Variabel yang diamati adalah motilitas individu (%), viabilitas (%), abnormalitas (%), dan total spermatozoa motil (sel/ml). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan menggunakan pengujian t student berpasangan, kemudian diuji motilitas individu dan total spermatozoa motil menggunakan ix Person’s Chi Square dengan nilai harapan berturut-turut adalah 40 % dan 40 juta sel spermatozoa/ml. Hasil penelitian menunjukkan persentase motilitas individu spermatozoa antara P0 dan P1 selama pendinginan tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05). Rata-rata motilitas individu spermatozoa selama penyimpanan dingin menunjukkan hasil bahwa P0 memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan P1. Hasil uji statistik viabilitas spermatozoa menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara P0 dan P1, dengan P0 memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan P1. Nilai abnormalitas spermatozoa juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara P0 dan P1 dengan nilai rata-rata P1 lebih tinggi daripada P0. Uji Person’s Chi Square dengan nilai harapan 40 juta spermatozoa motil per 100 juta konsentrasi menunjukkan bahwa baik P0 maupun P1 dapat digunakan untuk IB sampai penyimpanan 7 hari. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah putih telur mampu menggantikan BSA pada pengencer CEP-2 dalam mempertahankan kualitas semen kambing Boer selama simpan dingin. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai uji pengemasan dalam straw dan uji fertilitas dengan IB mmaupun secara in vitro.