Korelasi Antara Body Condition Score (Bcs) Dengan Bobot Badan Dan Statistik Vital Sapi Madura Betina Dewasa Di Pulau Madura

Main Author: Isamudin, Muchammad
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137972/
Daftar Isi:
  • Kondisi peternakan sapi potong di Indonesia saat ini tidak seimbang antara populasi sapi dengan kebutuhan daging nasional, tetapi itu bisa diatasi dengan mengembangkan sapi potong asli dan lokal Indonesia. Sapi Madura betina dewasa merupakan sapi lokal Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis. Untuk mengembangkan sapi Madura diperlukan bibit sapi Madura yang baik dengan melihat beberapa ukuran statistik vital dan bobot badan. Untuk memudahkan dalam mengetahui statistik performans sapi Madura bisa dengan pengukuran Body Condition Score (BCS). Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Binaan Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak (UPT PT) di Madura pada bulan Februari sampai bulan April 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan Body Condition Score (BCS) dengan bobot badan dan statistik vital pada sapi Madura betina dewasa di Madura. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data informasi dalam melakukan perencanaan program pengembangan sapi potong betina terkait pengukuran bobot badan dan statistik vital di Madura. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah data 109 ekor sapi Madura betina dewasa berumur 24-36 bulan. Umur sapi ditentukan berdasarkan pergantian gigi seri permanen yaitu PI4. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel ditentukan secara incidental sampling. Variabel yag diamati antara lain skor BCS, lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan bobot badan ternak. Data dianalisa secara statistik menggunakan Analisa Ragam (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Jika dalam hasil tersebut terdapat perbedaan yang berpengaruh diantara rumpun ternak maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), kemudian dilakukan perhitungan koefisien korelasi dengan hasil dilanjutkan dengan koefisien determinasi lalu dilakukan perhitungan regresi sederhana. Hasil penelitian diperoleh rataan bobot badan sapi Madura betina dewasa umur 24-36 bulan di empat kabupaten menunjukkan rataan berturut-turut 225,00±45,49 kg pada Kabupaten Bangkalan, 227,60±48,56 kg pada Kabupaten Pamekasan, 242,25±37,62 kg pada Kabupaten Sumenep dan 243,90±43,73 kg pada Kabupaten Sampang. Rataan tinggi badan berturut-turut yaitu 112,40±2,85 cm pada Kabupaten Bangkalan, 116,23±3,44 cm pada Kabupaten Sumenep, 116,44±5,39 cm pada Kabupaten Sampang dan 117,27±6,11 cm pada Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian panjang badan di empat kabupaten secara urut 115,50±6,45 cm pada Kabupaten Bangkalan, 118,23±9,24 cm pada Kabupaten Pamekasan, 120,67±6,02 pada Kabupaten Sumenep, 122,94±8,86 pada Kabupaten Sampang. Hasil penelitian lingkar dada di empat kabupaten secara urut 143,54±11,17 cm pada Kabupaten Pamekasan, 144,45±10,97 pada Kabupaten Bangkalan, 146,06±8,95 pada Kabupaten Sampang dan 146,24±9,48 cm pada Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian BCS di empat kabupaten secara urut yaitu 2,90±0,79 pada Kabupaten Bangkalan, 3,00±0,82 pada Kabupaten Pamekasan, 3,30±0,67 pada Kabupaten Sumenep, dan 3,33±0,69 pada Kabupaten Sampang. Body Condition Score (BCS) dan bobot badan sapi Madura betina dewasa memiliki koefisien korelasi yang sangat kuat yaitu 0,89 dengan koefisien determinasi sebesar 79%. Hasil penelitian BCS dengan tinggi badan, panjang badan dan lingkar dada secara berurutan yaitu 0.64 (kuat), 0.74 (kuat) dan 0.86 (sangat kuat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BCS memiliki hubungan yang sangat kuat dengan bobot badan dan statistik vital sapi Madura betina dewasa.