Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Performans Reproduksi Sapi Peranakan Ongole (Po) Pada Berbagai Paritas Di Kabupaten Pacitan
Main Author: | Suroso, Adi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/137971/ |
Daftar Isi:
- Reproduksi sapi merupakan salah satu faktor pendukung yang paling berpengaruh dalam peningkatan jumlah populasi sapi potong dan produksi daging. Keberhasilan usaha perkembangbiakan sangat terkait dengan performans reproduksi. Performans reproduksi dipengaruhi oleh genetik, pakan dan lingkungan, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah ketinggian tempat karena berkaitan dengan suhu dan kelembaban. Penelitian ini untuk membandingkan performans reproduksi di dataran tinggi (±985 m dpl) dan dataran rendah (±19 m dpl) pada paritas berbeda ditinjau dari angka S/C, CR, CI dan DO. Kegunaan penelitian ini untuk membandingkan performans reproduksi di dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman manejemen pemeliharaan sapi PO di kedua dataran yang berbeda pada berbagai paritas. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi PO paritas 2 dan 3. Jumlah sapi PO yang digunakan 120 ekor yang dibagi berdasarkan ketinggian tempat (dataran tinggi dan dataran rendah) masing-masing 60 ekor. Masing-masing ketinggian terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan paritas, tiap paritas terdiri masing-masing 30 ekor sapi PO. Dataran tinggi dilaksanakan di desa Bandar, Kledung dan Tumpuk, kecamatan Bandar, sedangkan dataran rendah dilaksanakan di viii desa Tambakrejo, Banjarsari, Purworejo dan Semanten, kecamatan Pacitan. Metode penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus. Data ternak dikelompokkan berdasarkan ketinggian tempat dan perbedaan paritas di masing-masing ketinggian. Data CR dianalisis menggunakan Chi-Square (X2), data S/C, CI, DO dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang dan suhu, kelembaban serta pakan di analisis menggunakan uji t berpasangan. Data yang dianalisis menggunakan RAL pola tersarang. Hasil penelitian menunjukkan rata- rata suhu dataran tinggi dan dataran rendah masing-masing 23,53±1,040C dan 31,16±1,550C. Rata-rata kelembaban dataran tinggi dan dataran rendah masing-masing adalah 79,9±3,91% dan 61,7±6,82%. Rata-rata konsumsi BK sapi PO di dataran tinggi dan dataran rendah masing-masing 6,15 kg dan 4,54 kg. Rata-rata S/C dataran tinggi masing-masing paritas adalah 1,4; 1,6 dan dataran rendah masing-masing paritas 2,4±0,94; 2,4±1,25. Rata-rata CR dataran tinggi masing-masing paritas adalah 64%; 43% dan dataran rendah masing-masing paritas 16%; 23%. Rata-rata CI dataran tinggi masing-masing paritas adalah 490±39,3; 493±36 hari dan dataran rendah masing-masing paritas 529±55,6; 533,4±82,4 hari. Rata-rata DO dataran tinggi masing-masing paritas adalah 208±39,58; 212±36 hari dan dataran rendah masing-masing paritas 247±55,8; 252±82,17 hari. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa performans reproduksi sapi PO di dataran tinggi ditinjau dari S/C, CR, CI dan DO lebih baik dibandingkan dengan di dataran rendah, sedangkan paritas tidak menunjukkan pengaruh terhadap performans reproduksi sapi PO. Saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah perbaikan manajemen pemeliharaan oleh peternak, yakni perbaikan pakan, lebih memperhatikan deteksi estrus serta melaporkan lebih awal kepada inseminator. Perlunya penelitian terhadap jumlah variasi paritas yang lebih banyak.