Pengaruh Penggantian Jagung Dengan Bungkil Inti Sawit Dan Bungkil Inti Sawit Yang Ditambah Enzim Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging

Main Author: Putri, WahyuElisa
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137868/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2016 sampai 25 Maret 2016 di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, yang berlokasi di Jalan Apel, Dusun Ampeldento, Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Analisa proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian jagung dengan bungkil inti sawit (BIS) dan bungkil inti sawit dengan penambahan enzim (BISE) dalam pakan terhadap konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan dan income over feed cost ayam pedaging. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan mengetahui level terbaik penggantian jagung dengan BIS dan BISE dalam pakan terhadap konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan dan income over feed cost ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 240 ekor DOC. Metode yang digunakan adalah percobaan in vivo menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang yang terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor jenis bungkil inti sawit yang terdiri dari BIS (B1) dan BISE (B2), serta faktor level penggantian yang terdiri dari 0% (L0), 12,5% (L1), 25% (L2), 37,5% (L3) dan 50% (L4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian jagung dengan BIS dan BISE tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot badan, namun viii memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada konsumsi pakan dan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan dan income over feed cost. Rata-rata perlakuan jenis BIS untuk menggantikan jagung terhadap konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan dan IOFC berturut-turut adalah 3242,34±221,87 g/ekor; 1624,54±137,16 g/ekor; 2,04± 0,32 dan Rp 4311,23±1897,02/ekor, sedangkan rata-rata perlakuan jenis BISE untuk menggantikan jagung terhadap konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan dan IOFC berturut-turut adalah 3097,91±193,84 g/ekor; 1650,76 ±118,76 g/ekor; 1,89±0,23 dan Rp 5505,16±1691,81/ekor. Hal ini dikarenakan kandungan energi metabolis pada BISE lebih tinggi daripada BIS, yaitu 2821,20 Kkal/kg sementara pada BIS sebesar 2629,29 Kkal/kg. Kecernaan protein pada BISE juga lebih tinggi daripada BIS, yaitu sebesar 73,48% sedangkan kecernaan protein BIS hanya 60,45%. Energi metabolis mempengaruhi konsumsi pakan karena ternak memiliki senstivitas yang tinggi terhadap kandungan energi pakan, ternak akan berhenti mengkonsumsi pakan apabila kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Rata-rata setiap perlakuan untuk konsumsi pakan dari level penggantian jagung dengan BIS, yaitu L0 (3019,14±40,96), L1 (3111,78±52,53), L2 (3145,93± 252,91), L3 (3480,08±43,38) dan L4 (3454,78±87,16) g/ekor. Faktor level BISE L0 (3024,30±101,28), L1 (2967,38±152,60), L2 (3043,70±117,86), L3 (3110,65± 202,06) dan L4 (3343,53± 214,29) g/ekor. Rata-rata bobot badan perlakuan level penggantian jagung dengan BIS, yaitu L0 (1763,58±88,65), L1 (1776,85±21,46), L2 (1574,00±93,74), L3 (1501,58±56,84) dan L4 (1506,69± 14,51) g/ekor. Level penggantian jagung dengan BISE, yaitu L0 (1762,83±37,54), L1 (1718,00±14,28), L2 (1722,21±91,57), L3 (1573,38±27,31) dan L4 (1477,38± 25,04) g/ekor. Rata-rata konversi pakan pada perlakuan level penggantian BIS, yaitu L0 (1,72±0,10), L1 (1,75±0,02), L2 (2,00±0,20), L3 (2,30±0,11) dan L4 (2,43±0,17). Faktor level ix penggantian BISE, yaitu L0 (1,72±0,03), L1 (1,73±0,08), L2 (1,77±0,09), L3 (1,98±0,10) dan L4 (2,26±0,14). Rata-rata income over feed cost faktor level penggantian BIS, yaitu L0 (5838,01±1401,71), L1 (6291,85±243,45), L2 (4233,69± 1891,69), L3 (2299,63±968,75) dan L4 (2892,97±415,96) Rp/ekor. Faktor level penggantian BISE L0 (5905,08±266,65), L1 (6488,51±695,06), L2 (6963,55±1241,53), L3 (5452,85± 693,47) dan L4 (2715,79±950,44) Rp/ekor. Kandungan energi metabolis dan kecernaan protein pada jagung lebih tinggi dibandingkan dengan BIS dan BISE, energi metabolis jagung sebesar 3437,1 Kkal/kg, BIS 2690,29 Kkal/kg dan BISE 2821,2 Kkal/kg. Kecernaan protein jagung sebesar 78,02%, BIS 60,45% dan BISE 73,48%. Hal ini menyebabkan semakin tinggi penggantian jagung, maka kandungan energi matabolis maupun kecernaan pakan semakin menurun dan hal tersebut mengakibatkan penurunan penampilan produksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggantian jagung dengan BISE memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan BIS. Level pemberian terbaik untuk meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging pada BIS adalah 12,5%, sedangkan pada BISE bisa mencapai 25%. Penelitian lebih lanjut disarankan tentang pengaruh penggantian jagung dengan bungkil inti sawit dan BISE terhadap penampilan produksi ayam pedaging pada level 15%, 30% dan 45%.