Kecernaan Bahan Kering (Kcbk), Kecernaan Bahan Organik (Kcbo) Dan Produksi Gas In Vitro Pada Berbagai Leguminosa Pohon

Main Author: Arifin, MohZunani
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137808/
Daftar Isi:
  • Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang juga Laboratorium Lapang Sumber Sekar untuk pengambilan cairan rumen sapi berfistula. Penelitian dilaksanakan pada bulan September- Oktober 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) serta produksi gas in vitro pada berbagai leguminosa pohon. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi akademisi ataupun non akademisi dalam evalusi kualitas berbagai jenis leguminosa pohon yang ditinjau dari segi kecernaan dan produksi gas secara in vitro serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 ekor sapi peranakan Frisien Holstein (PFH) betina umur 8 tahun dengan bobot badan ±380 kg, hijauan yang digunakan diantaranya: Calliandra calothyrsus (P1), Leucaena leucocephala (P2), Sesbania grandiflora (P3), Moringa oleifera (P4), Gliricidia maculata (P5), bahan kimia untuk analisis kecernaan in vitro, bahan kimia untuk mengukur x produksi gas in vitro dan seperangkat alat laboratorium untuk analisis proksimat (BK, BO, SK dan PK), analisis kecernaan secara in vitro dan pengukuran produksi gas in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berbagai daun leguminosa pohon memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai KcBK in vitro. Nilai KcBK pada Leucaena leucocephala adalah paling tinggi, namun tidak berbeda dengan Moringa oleifera, Gliricidia maculata dan Sesbania grandiflora. Nilai KcBK pada Leucaena leucocephala (62,23±1,61%), Moringa oleifera (61,02±2,77%), Gliricidia maculata (59,80±1,22%) dan Sesbania grandiflora (58,02±4,65%), sedangkan nilai KcBK terendah adalah pada Calliandra calothyrsus (45,73±1,19%). Hasil lain dari penelitian menunjukkan bahwa berbagai daun leguminosa pohon memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai KcBO secara in vitro. Nilai KcBO pada Sesbania grandiflora adalah paling tinggi, akan tetapi tidak berbeda dengan Leucaena leucocephala dan Moringa oleifera. Nilai KcBO ketiganya berurutan yaitu 75,99±2,10%; 73,13±1,60% dan 72,31±3,06%. Sedangkan nilai KcBO pada Gliricidia maculata dan Calliandra calothyrsus cukup rendah yaitu 67,47±2,07% dan 48,02±1,60%. Hasil pengukuran produksi gas in vitro menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara waktu inkubasi dengan produksi gas Calliandra calothyrsus, Leucaena leucocephala, Sesbania grandiflora, Moringa oleifera dan Gliricidia maculata, nilai keeratan (r) masing-masing yaitu 0,959; 0,988; 0,990; 0,974 dan 0,996. Berbagai leguminosa pohon memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai b (P<0,01). Nilai b pada Leucaena xi leucocephala adalah paling tinggi, namun tidak berbeda dengan Moringa oleifera dan Gliricidia maculata. Nilai b tertinggi pada Leucaena leucocephala (109,07±3,26 ml/500 mg BK) dan terendah pada Sesbania grandiflora (87,17±2,61 ml/500 mg BK). Berbagai leguminosa pohon memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai c (P<0,01). Nilai c pada Gliricidia maculata adalah paling tinggi, namun tidak berbeda dengan Moringa oleifera dan Sesbania grandiflora. Nilai c yang paling tinggi adalah pada Gliricidia maculata sebesar 0,065±0,004 ml/jam dan paling rendah pada Leucaena leucocephala sebesar 0,019±0,002 ml/jam. Berbagai leguminosa pohon memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai y (P<0,01). Nilai y pada Moringa oleifera adalah paling tinggi, namun tidak berbeda dengan Gliricidia maculata. Nilai y tertinggi pada Moringa oleifera sebesar 100,96±7,98 (ml/500 mg BK) dan terendah pada Leucaena leucocephala sebesar 64,26±3,3 (ml/500 mg BK). Kesimpulan hasil penelitian bahwa Leucaena leucocephala memiliki nilai KcBK dan nilai b tertinggi (62,23±1,61% dan 109,07±3,26 ml/500 mg BK) serta nilai KcBO yang relatif tinggi (73,13±1,60%) akan tetapi nilai c dan y terendah (0,019±0,002 ml/jam dan 64,26±3,33 ml/500 mg BK), sehingga mengindikasikan bahwa Leucaena leucocephala berpotensi dicerna di pasca rumen dan bersifat by-pass rumen dan Moringa oleifera memiliki nilai KcBK, KcBO, nilai b dan nilai c yang relatif tinggi (61,02±2,77%; 72,31±3,06%; 108,74±7,66 ml/500 mg BK dan 0,056±0,008 ml/jam), serta nilai y tertinggi yaitu 100,96±7,98 (ml/500 mg BK), sehingga mengindikasikan bahwa Moringa oleifera berpotensi di cerna di dalam rumen dan pasca rumen. Saran yang dapat disampaikan yaitu sebaiknya peternak memilih xii leguminosa Leucaena leucocephala sebagai pakan tambahan karena bersifat by-pass rumen sehingga dapat dimanfaatkan langsung untuk hidup pokok dan produktivitas ternak, akan tetapi pemberian ke ternak sebaiknya dibatasi mengingat kandungan mimosin cukup tinggi yang dapat mengakibatkan penurunan performan ternak serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kecernaan maupun produksi gas secara in vitro pada leguminosa pohon lainnya, sehingga didapatkan lebih banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pakan sumber protein bagi ternak ruminansia.