Pengaruh Penggunaan Limbah Emping Jagung Terhadap Persentase Karkas Dan Bagian-Bagiannya Pada Kelinci Lepas Sapih Peranakan New Zealand White
Daftar Isi:
- Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas ternak kelinci, apabila kuantitas dan kandungan nutrien pakan terpenuhi, maka produktifitas ternak yang optimal dapat dicapai. Mendapatkan pakan dengan kandungan nutrien yang baik harganya sangat mahal, oleh karena itu diperlukan manajemen pemeliharaan untuk meningkatkan produktifitas ternak tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pakan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pakan alternatif yang lebih murah serta mudah didapat akan tetapi masih mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi sebagai pakan ternak. Salah satu bahan pakan yang dapat diperoleh adalah dari sisa hasil pengolahan, yaitu emping jagung. Penelitian dilakukan pada peternakan rakyat milik bapak Winarto yang beralamatkan di Jalan Glatik Desa Ngijo rt 01 rw 10 Kecamtan Karangploso, Kabupaten Malang. Analisis proksimat pada limbah emping jagung dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Lama penelitian yang dilakukan adalah selama 10 minggu pemeliharaan mulai 27 Juli sampai 5 Oktober 2014 kemudian dilakukan pemotongan dan analisa sesuai dengan variabel yang digunakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah emping jagung terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White. Kegunaan penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengetahuan terhadap penggunaan limbah emping jagung terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 18 ekor kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White dengan umur 35 – 40 hari dan rata-rata bobot awal kelinci 351,78 ± 30,249 g/ekor. Susunan ransum kelinci NZW terdiri dari P0 : 19 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 25 % Bekatul + 20 % Menir + 11 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan, P1 : 15 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 25 % Bekatul + 10 % Menir + 15 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan + 10 % Limbah Emping Jagung dan P2 : 10 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 23 % Bekatul + 7 % Menir + 15 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan + 20 % Limbah Emping Jagung. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan. Variabel yang diukur adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan potongan komersial karkas (bobot dan persentase foreleg, rack, loin dan hindleg). Data dianalisis dengan anova terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot potong yang diperoleh selama penelitian P0, P1 dan P2 berturut-turut dalam gram yaitu: (1343,5); (1386,5) dan (1376,83), rata-rata bobot karkas: 583,67; 613,67 dan 600,17, rata-rata persentase karkas dalam persen: 43,44; 44,20 dan 43,48, rata-rata bobot dan persentase potongan karkas dalam gram dan persen foreleg: 154,17, 26,48, 158,67, 25,90 dan 155,83, 26,06, rack: 88,67, 15,17; 92,17, 15,01 dan 89,17, 14,92, loin: 119,33, 20,39; 122,17, 19,84 dan 121,83, 20,25, hindleg: 221,5, 37,96; 240,67, 39,24 dan 233,33, 38,77. Penggunaan limbah emping jagung sampai level 20 % dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan potongan komersial karkas (bobot dan persentase foreleg, rack, loin dan hindleg). Hal ini disebabkan kandungan protein dan energi pada masing-masing pakan perlakuan yang hampir sama atau bisa disebut isoprotein dan isoenergi sehingga pertumbuhan kelinci juga tidak jauh berbeda. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa limbah emping jagung dapat digunakan sampai level 20 % dalam pakan tidak menurunkan persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci peranakan New Zealand White. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada level penggunaan limbah emping jagung antara 10 – 20 % untuk mengetahui perlakuan terbaik penggunaan limbah emping jagung dalam pakan terhadap persentase karkas dan bagian-bagiannya.